Lihat ke Halaman Asli

Alfian Nur Falahul Rachmawan

Berusaha melakukan yang terbaik

Saat Berharga untuk Anak Kita

Diperbarui: 25 September 2020   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Waktu yang berharga untuk anak kita(sumber : mediaindonesia.com

Hari ini,ketika kita mengaku sebagai umat muhammad,apakah yang sudah kita lakukan pada anak-anak kita.Kisah tentang Rasulullah SAW bersama anak adalah kisah tentang kasih sayang.Ia memendekkan shalatnya ketika mendengar nangis anak.

Karena anak pula, Rasulullah SAW pernah bersujud sangat lama. Begitu lamanya Rasulullah SAW bersujud sampai-sampai para sahabat mengira Rasulullah SAW sedang menerima wahyu dari Allah 'Azza wa jalla'.Padahal yang terjadi sesungguhnya ada cucu yang menaiki punggungnya.

Tentang mencintai anak, Rasulullah SAW pernah bersabda, " Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka. Bila menjajikan sesuatu kepada mereka, tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki."(H.r.ath Thahawi).

Hari ini, ketika kita mengaku sebagai umat Muhammad, apakah yang sudah kita lakukan pada anak-anak kita?Apakah kita telah mengusap kepala anak-anak kita sebagaimana Rasulullah SAW melakukan? Apakah kita juga telah mengecup kening anak-anak kita yang sangat rindu kasih sayang bapaknya?

Ataukah kita seperti Aqra' bin Habis at-Tamimi yang tak pernah mencium anaknya, sehingga Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi."(H.r.Bukhari).

Inilah sebagaian di antara pertanyaan-pertanyaan yang perlu kita jawab dengan jujur. Bukan kepada orang lain, tetapi kepada diri kita sendiri. Pertanyaan ini pula yang perlu kita jawab ketika kita menginginkan anak-anak yang terbebas dari siksa api neraka.

Sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita atas anak-anak dan istri kita, "jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."(Q.s. At Tahrim [66]:6).

Seperti kata Buhlul, kita bermain dengan anak, menyayangi mereka, bercanda, bermain kuda-kudaan dan bila perlu membuat rumah-rumahandari tanah liat, adalah untuk mendapatkan akhirat dan seisinya. Kita memberi mereka kebahagiaan dengan menyediakan punggung kita sebagai pelana buat hati kita, semoga terpenuhinya kebutuhan psikis mereka akan menjadikan mereka akan menjadikan mereka tumbuh sebagai pribadi yang kokoh.

Terlalu mengerikan akibatnya bila anak tidak pernah disapa ruang jiwanya oleh orang tuanya, tidak terkecuali bapak. Penelitian-penelitian psikologi menunjukkan, masked-deprivation atau kelaparan terselubung terhadap kasih sayang seorang bapak cenderung melahirkan anak-anak  yang menderita kecemasan, menimbulkan rasa tidak tenteram, rendah diri, kesepian (meski di tengah kerumunan orang banyak), agresivitas, negativisme (kececederungan melawan orang tua), serta berbagai bentuk kelemahan mental lainnya. Sangat panjang efek di runut akibat kelaparan yang dirasakan anak terhadap kasih sayang seorang bapak.

Subhanallah, begitu buruk akibatnya, tetapi alangkah sering kita lupa. Padahal Nabi SAW sudah mengingatkan kita. Nabi SAW juga sudah tak kurang-kurangnya memberi contoh kepada kita. Atau jangan-jangan kita sudah tidak mengenal Nabi, meski sekadar anggota keluarganya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline