Lihat ke Halaman Asli

Meirri Alfianto

TERVERIFIKASI

Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Sejauh Mana Aturan Sensor Lagu?

Diperbarui: 25 Juni 2021   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaset pemutar lagu. Gambar: goodnewsfromindonesia.id

Pernahkah anda mendengarkan lagu yang berjudul "Bertaut" milik penyanyi Nadin Amizah? Akhir-akhir ini lagu ini ini cukup sering diputar di radio-radio. Bertaut memang memiliki lirik yang dibagian awalnya cukup menyentak ditelinga pendengarnya. Apalagi bila anda baru pertama kali mendengar lagu ini. Berikut saya sajikan petikan bait awal dalam lirik lagu Bertaut:

Bun, hidup berjalan seperti bajingan
Seperti landak yang tak punya teman
Ia menggonggong bak suara hujan
Dan kau pangeranku, mengambil peran

Sebelumnya mohon maaf bila tertulis kata kasar dan kurang nyaman. Namun memang konteks dalam lirik Bertaut mengandung kata yang cukup kontroversial bagi kita dalam budaya ketimuran. Saya secara khusus menyoroti kata "Bajingan" dalam pembukaan lagu tersebut. Namun sejatinya saya tidak sedang mempermasalahkan adanya kata tersebut dalam lirik Bertaut karena menurut saya memang secara konteks, kata "bajingan" jauh dari maksud kasar serta makian. Kok bisa demikian? Akan saya jelaskan lebih lanjut dalam pemaparan ini.

Tetapi ada momen menarik bagi saya ketika saya pulang kampung ke Solo beberapa waktu lalu. Saya cukup kaget ketika mendengarkan lagu tersebut diputar disebuah radio lokal. Radio tersebut adalah salah satu radio kenamaan dan sudah menjadi idola kawula muda di Kota Bengawan. Awalnya takada yang aneh. Namun begitu masuk ke lirik, "Bun, hidup berjalan seperti ..............Seperti landak  yang tak punya teman"

Anda tahu apa yang hilang? Ya, kata "Bajingan" dihilangkan.

Buat saya ini cukup aneh. Karena ketika saya mendengarkan lagu Bertaut di radio-radio besar di seputaran Jakarta, takpernah ada sensor semacam itu. Sebutlah radio DELTA FM, Female Radio, maupun Gen FM. Saya sangat yakin karena hampir setiap pagi saya mendengarkan siaran radio tersebut. Pertanyaannya lalu kenapa salah satu radio ternama di Solo melakukan penyensoran?

Saya kemudian mengingat sebuah lagu milik Wali Band yang terkandung unsur kata yang sama. Lagunya cukup fenomenal dikalangan anak-anak muda. Judulnya Emang Dasar. Kata "bajingan" yang ada pada reffrain lagu tersebut berangsur hilang. Kita akan sulit menemukannya baik ketika diputar di radio maupun pada media penyiaran musik manapun. Bahkan dalam beberapa kali konser, Wali mengganti kata "bajingan" dengan kata "cacingan". Mari sedikit kita lihat sepenggal reffain lagu tersebut:

Satu pasangan tak cukup

Dua simpanan juga tak cukup

(emang dasar, ah , emang dasar)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline