Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Akulturasi Budaya dalam Keraton Kasepuhan Cirebon

Diperbarui: 27 November 2022   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keraton Kasepuhan Cirebon (Sumber: Merdeka.com)

KALAU Anda bertandang ke Cirebon tetapi belum mengunjungi Keraton Kasepuhan, tentu belum lengkap rasanya. Keraton yang halamannya dikelilingi tembok bata merah ini dikenal sebagai pusat Kesultanan Islam di Jawa Barat pada abad 15-16 Masehi. Ia merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau.

Karena menjadi jalur perdagangan, tak pelak banyak budaya bertemu di sini antara lain Arab (Islam), India (Hindu), Tionghoa (Konghucu) dan Eropa yang Kristen. Bukti-buktinya masih ada sampai kini.

"Ini ada feng shui-nya," ujar Mohammad Maskun, abdi dalem yang mengantar kami berkeliling Keraton.

"Dari gerbang ini sampai ke gerbang di luar sana, jalannya berbelok-belok. Tidak lurus. Maksudnya, agar rezeki yang datang ke keraton tidak langsung hilang," jelas dia.

Feng Shui merupakan ilmu topografi kuno Tionghoa yang percaya bahwa manusia, bumi, dan surga hidup dalam keselarasan yang menciptakan keseimbangan.

Ternyata budaya Eropa yang dipengaruhi oleh agama Kristen juga sudah ada di Cirebon jauh sebelum Pekabaran Injil dilakukan di sana. Dari bukti yang ada, setidaknya 117 tahun sebelum para penginjil datang ke Cirebon, berarti sekitar tahun 1745, Alkitab Perjanjian Lama sudah dikenal di kalangan Keraton. Sebab Pekabaran Injil oleh lembaga Nederlandse Zendings Veriniging (NZV)  dari Belanda baru dilakukan pada bulan Agustus 1862.

Bukti ini bisa didapatkan pada keramik-keramik yang "ditempel" pada pilar-pilar di beberapa bangunan Keraton Kasepuhan, yang memuat cerita tentang Kitab Perjanjian Lama.

Keramik-keramik berwarna hijau pupus dan coklat itu berupa delapan rangkaian gambar yang menampilkan antara lain tentang Yakub berkelahi dengan malaikat seperti terdapat dalam Kitab Kejadian 32:28.

Keramik tentang Alkitab PL pada beberapa pilar dalam Keraton Cirebon (Sumber: Ervan Hardoko/Kompas.com) 

Dapat ditafsir bahwa pada masa itu Kesultanan Cirebon menguasai bandar di sana, dan Belanda dalam rangka berdagang kerap memakai bandar ini sebagai tempat berlabuh kapal-kapal milik mereka. Sebagai tanda terima kasih, Belanda menghadiahi sang Sultan Cirebon berupa keramik.  

Bagi Kesultanan Cirebon sendiri ini menandakan keterbukaan Islam menerima berbagai perpaduan budaya.

Kereta Singa Baron

Keraton Kasepuhan adalah satu dari empat keraton yang ada di Kota Cirebon. Namun hanya keraton ini yang paling megah dan dirawat dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline