Lihat ke Halaman Asli

Aldentua S Ringo

Pembelajar Kehidupan

Sang Hamba Pengutang yang Tak Tahu Diri

Diperbarui: 7 Juni 2020   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semangat Pagi Indonesia.

Sang Hamba Pengutang Yang Tak Tahu Diri.

Sang Kakek dapat giliran bercerita dalam acara jalan pagi ini. Lalu dia sudah mempersiapkan bahan ceritanya kepada Sang Cucu di pagi yang cerah ini. Dia memulai ceritanya.

"Di satu negeri adalah orang yang berutang banyak kepada seorang raja. Raja memanggil orang yang berutang sepuluh ribu dinar tersebut dan menghadap raja. Karena orang itu tidak mampu membayar hutangnya, maka raja memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk membayar hutangnya.

Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunasi. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya : Bayar hutangmu!

Maka sujudlah kawannya itu kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskan hutangnya.

Melihat hal itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu menyampaikan hal tersebut kepada raja. Raja memanggil hamba itu dan berkata kepadanya : Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku mengasihani engkau?

Maka marahlah raja itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan hutangnya. Begitu ceritanya," kata Sang Kakek mengakhiri cerita.

"Wah itu hamba yang jahat mau menang sendiri itu. Hutangnya sepuluh ribu dihapuskan raja, kok piutangnya seratus dinar dari temannya sesama hamba , malah dipenjarakannya," komentar Sang Cucu.

"Makanya, kalau kita menerima kebaikan yang banyak, kita juga harus menanamkan kebaikan juga kepada yang lain," kata Sang Kakek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline