Lihat ke Halaman Asli

Aldentua S Ringo

Pembelajar Kehidupan

Sang Napi Asimilasi, Kenapa Masuk Lapas Lagi?

Diperbarui: 26 Mei 2020   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sang Kakek dan Sang Cucu sedang  jalan kaki  pagi. Sebuah acara rutin baru yang mereka jalani dengan santai. Tiba-tiba seorang bapak seakan berlari mengejar kakek dan cucu. Oh, ternyata teman mereka satu komplek perumahan itu juga.

   "Halo kek, selamat pagi, apa kabar?" kata pak Tatan.

   "Selamat pagi pak Tatan. Kami baik, bagaimana kabarmu?" tanya kakek balik.

   "Baik juga kek, tapi kita sudah kangen lagi kek main catur dan tenis meja di balai RW. Kapan lagi dong?" tanya pak Tatan.

   "Kalau sudah keadaan membaik, kita lakukan lagi," kata kakek.

   "Sudah lama tidak ada lagi diskusi kita seperti dulu ya, membangun kebersamaan dan mendiskusikan masalah seputar kita ya," kata pak Tatan.

   "Semua ada waktunya pak Tatan, sekarang ini kita diuji oleh masa pandemi ini. Kita harus sabar dan tabah, saling mendukung," kata kakek sambil mereka terus berjalan santai dan menjaga jarak.

   "Saya mau tanya kek, sebenarnya soal napi asimilasi itu kenapa ribut banget sih?" kata pak Tatan.

   "Siapa yang ribut?" tanya kakek.

   "Pendukung dan pengacaranya. Ini kan Menterinya diadukan ke DPR. Kenapa sih napinya harus ditangkap lagi?" tanya pak Tatan.

   "Asimilasi itu adalah proses pembauran napi ke dalam masyarakat dengan penjaminan bahwa napi tersebut bisa memenuhi segala syarat dan ketentuannya. Kalau ketentuannya dilanggar oleh napi asimilasi, asimilasi dicabut, ya dia harus masuk Lapas lagi," jawab kakek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline