Lihat ke Halaman Asli

Akmal Husaini

suka menjaga kebersihan

Budaya Salam dan Upaya Menjaga Persatuan

Diperbarui: 27 Februari 2020   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dhaxwalr.blogspot.com

Belakangan ini, banyak diantara kita yang getol sekali membahas perihal salam. Dulu banyak orang yang menyatakan selama pagi, siang, sore atau malam, jika bertemu atau bertegur sapa dengan siapapun. Salam ini diterima oleh semuanya, karena artinya dianggap netral. 

Akhir-akhir ini warganet banyak membicarakan tentang salam Pancasila, yang dianggap akan menggantikan kata 'assalamualaikum'. Pembahasan ini kian ramai karena wacana penggantian ini muncul dari Yudian Wahyudi, kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Salam 'Asalamu'alaikum' memang sering digunakan oleh umat muslim. Namun jika dilihat dari definisi katanya, mempunyai makna 'keselamatan untuk kalian semua.' 

Lalu, semua yang dimaksud disini hanyalah semua untuk umat muslim, atau semua untuk seluruh masyarakat Indonesia? Tergantung bagaimana kita mengartikannya. Tergantung dari maka kita melihatnya.

Jika secara artinya tidak ditujukan untuk umat muslim saja, semua orang sebenarnya boleh mengucapkan salam 'asalamu'alaikum.' Namun bagi umat Islam sendiri, apakah memahami definisi arti 'asalamualaikum' secara sempit atau tidak. Jika tidak, tentu kita tidak akan mempersoalkan siapapun yang mengucapkan yang mengucapkan kata 'assalamu'alaikum.'

Lalu ada juga sebagian orang yang mempermasahkan salam untuk agama tertentu, mempermasalahkan interaksi dengan agama lain. Lalu dimana toleransi? Salahkan seorang muslim menghargai umat kristiani dalam menjalankan ibadah? 

Salahkah umat muslim yang mengucapkan selamat natal atau yang lainnya? Lalu, salahkah umat Konghucu mengucapkan salam kebajikan atau salam yang lain? Semua salam pada dasarnya mempunyai makna yang baik dan bersifat universal.

Karena itulah, tidak perlu menyalahkan atau mempersalahkan adanya polemik di dunia maya, yang mengatakan assalamualaikum diganti dengan salam Pancasila. Apakah salah Pancasila benar akan menggantikan salam yang lain? Kalau kita menelaah lebih dalam, salam-salam yang melekat dalam setiap agama atau suku yang ada di Indonesia, pada dasarnya bersumber dari nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.

Jika kita tarik mundur ke belakang, ketika Islam masuk ke tanah Jawa, apakah Islam menggusur budaya atau agama lokal yang pernah ada sebelumnya?  Begitu juga sebaliknya. TIdak ada upaya untuk menolak, saling menebar kebeincan atau pun saling menggusur satu dengan yang lainnya. 

Semuanya bisa saling berdampingan, tanpa harus saling sikut-sikutan. Begitu juga munculnya ide salam Pancasila, semestinya juga tak perlu disikapi dengan reaksioner. Kalau tidak sepakat, ya suda tidak usah dilakukan. Satu hal yang mungkin perlu direnungkan adalah, nilai-nilai Pancasila harus tetap dipegang dan terus diimplementasikan. Apapun salamnya, tujuannya untuk menyatukan keragaman yang ada di negeri ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline