Lihat ke Halaman Asli

Akmal Husaini

suka menjaga kebersihan

Membangun Kesadaran Menangkal Bibit Radikal

Diperbarui: 1 Mei 2019   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkembangan teknologi telah membuat berbagai macam informasi, ilmu pengetahuan, gaya hidup, dan berbagai macam dari luar masuk ke dalam negara kita, Indonesia.  Sebut saja seperti games. Saat ini hampir semua anak-anak dan remaja, dilanda demam games. 

Dimanapun mereka bereda, kalau ada kesempatan mereka akan bermain games secara online, dengan teman-temannya. Generasi saat ini begitu dimanjakan dengan games-games yang ada sekarang ini. Persoalannya, tidak sedikit dari games tersebut justru mengandung konten kekerasan. 

Mulai dari game perkelahian hingga tembak menembak. Bahkan ada juga games yang bisa menembak seseorang, akan bisa mengupgrade senjatanya. Dan game semacam ini, nyatanya banyak digemari oleh sebagian besar anak-anak dan remaja.

Dari sisi tayangan, sinetron, film, video yang diunggah di media sosial, nyatanya juga banyak yang mengandung konten kekerasan. Mungkin mereka sudah melakukan  menyamarkan, atau membuat blur aktifitas kekerasan, tapi tayangan semacam ini juga banyak yang menonton. 

Sadarkah jika bibit kekerasan itu nyata ada disekitar kita, namun dalam bentuk kemasan yang berbeda? Games, film ataupun sinetron, adalah media yang seringkali digunakan oleh sebagian orang, untuk secara sengaja menebar kebencian di dunia maya. 

Dan tanpa disadari, anak-anak kita dan generasi muda sekarang ini, menyerap bibit kekerasan tersebut kea lam bawah sadar mereka. Akibatnya, ketika mereka terprovokasi hoaks dan hate speech yang juga marak di media sosial, mereka akan mudah tersulut amarah yang membabi buta.

Penyebaran bibit radikal ini semakin massif, ketika menyusup melalui kecanggihan teknologi. Bahkan, oleh kelompok radikal sengaja dikemas sedemikian rupa, agar bisa mempengaruhi alam bawah sadar masyarakat. Kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk menebar propaganda radikalisme. 

Akhirnya, bibit kekerasan yang selama ini menyebar melalui berbagai tayangan, games dan permainan, berkolaborasi dengan paham radikalisme. Apa akibatnya? Karekter dan kultur masyarakat Indonesia mulai berkurang. Keramaham berubah menjadi amarah yang membabi buta. Toleransi berubah menjadi intoleransi. Budaya saling berinteraksi berubah menjadi individualistik.

Mari kita bangun kesadaran bersama. Banyak pihak yang saling memanfaatkan, untuk mewujudkan kepentingannya. Informasi hoaks kemudian sengaja dibangun agar akal dan logika masyarakat terganggu. Pesan kebencian sengaja dimunculkan, agar kebencian dalam hati terus menjadi-jadi dan berubah menjadi perilaku intoleran. 

Sadar atau tidak, perilaku semacam ini akan terus menyuburkan bibit radikal. Tidak hanya kelompok radikal, konten yang ada dalam game, sinetron dan film juga banyak mempertontonkan bibit kekerasan. Bayangkan, jika semuanya it uterus ada hingga beberapa tahun kedepan. Indonesia akan berubah menjadi negara yang penuh konflik.

Mengingatkan kembali karakter Indonesia sejak dini, perlu dilakukan oleh semua pihak. Orang tua, guru, teman, saudara harus saling mengingatkan satu dengan yang lain. Tebarkanlah nilai-nilai kearifan lokal yang telah diajarkan nenek moyang kita sejak dulu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline