Lihat ke Halaman Asli

akh fillah adi

Hidup untuk ibadah

Kamu Dilupakan

Diperbarui: 22 April 2020   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (Surah Thaha/ 20: 126)

Mungkin kau pernah dilupakan temanmu, saudaramu, atau gurumu, bahkan mungkin orang tuamu. Temanmu melupakanmu karena keisenganmu yang berlebihan sehingga ia harus mencoretmu dari daftar teman. 

Dan itu berat kau rasakan, kehilangan teman. Terputus jalinan pertemanan yang saling sapa dan bantu kapan saja diperlukan. Karena ulah sendiri, hilang teman tak kembali.

Saudaramu tak lagi menyapamu lantaran ada janji hutang piutang yang tak terbayarkan hingga datamu tak lagi ada di memori mereka. Betapapun memutus silaturahim tidak boleh, alias haram. Tetapi itu terjadi di banyak keluarga. 

Saudara tak lagi memperhatikanmu. Membiarkanmu dalam keadaan yang tak menentu. Dan itu tidak nyaman dirasakan. Meski seharusnya saudaramu tak berbuat seperti itu. 

Namun, kamu sendiri bisa merasakan, tidak hangatnya pertemuan, akibat dari janji yang tidak tertunaikan. Kamu sendiri yang mengabaikan, hingga sikap saudaramu dingin tak menghiraukan.

Gurumu tak lagi menghendaki dirimu ada di bangku kelasnya. Karena pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah over limit. Jadilah kamu murid yang diberikan kesempatan belajar di tempat lain. Alias dikembalikan ke orang tua. Bahasa bloko sutonya, "Sampean kena dupak out". 

Dikeluarkan, diberhentikan dengan tidak terhormat. Berat menanggung akibat kecerobohan yang berulang-ulang terjadi. Peringatan 1, 2, dan 3, sudah dilayangkan masih saja membandel. Dan ketika sudah peringatan terakhir, tak ada lagi kesempatan. Sesal dan kecewa berat yang dirasakan. Berat menghadapi keadaan. Ditolak sana-sini.  

Bahkan ada orang tua yang sebenarnya tidak boleh dicontoh, sumpah serapah, tak mengakui sebagai anaknya. Karena kedurhakaan yang dilakukan sang anak membuat orang tua murka. 

Kemarahan yang meledak sampai bersumpah tak diakui sebagai anak. Berat tak mendapat ridha orang tua. Sangat berat tak bisa memanggil mereka kembali. Karena ulah perbuatan durhaka membuat dirinya susah sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline