Lihat ke Halaman Asli

Ajaran Tasawuf untuk Membentuk Karakter Anak Didik

Diperbarui: 13 Juli 2020   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

       Bayi ketika dilahirkan didunia ini tidak mampu melakukan segala hal tertentu. Seperti merangkak bahkan berjalan, dia tidak memiliki kuasa penuh atas dirinya. Artinya dia membutuhkan bantuan dari orang lain.

       Begitupula seorang manusia, mereka membutuhkan uluran tangan dari hal lain agar mereka dapat mengerti dan memahami arti hidup ini. Salah satunya memalui uluran tangan “tasawuf”.

       Tasawuf merupakan cara seseorang dalam mengarungi bahtra menuju Tuhan-nya. Mungkin manusia bisa mengenal Tuhan-nya, tetapi dengan tasawuf Tuhan bisa lebih mengenal makhluk-Nya. Konsep tasawuf menurut sufi-sufi terdahulu melalui metode تحلل،تخلل،تجلل

Takhalli adalah konsep dimana mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela. Setiap orang memiliki sifat hubbud dunia (cinta dunia) dan thullul ‘amal (menghayal) sifat-sifat ini harus dihilangkan karena bisa menghalangi hubungan mesra antara makhluq dengan dengan khalliqnya

Tahalli merupakan memperindah diri. Yang dimaksud memperindah diri yaitu melengkapi diri dengan sifat-sifat terpuji layaknya seorang kekasih yang ingin menemui pujaan hatinya.

Tajalli merupakan hasil eksekusi dari gabungan takhalli dan tahalli. Layaknya tathering Wi-fi terhadap jaringan lain dimana bersambungnya jiwa seorang makhluk kepada Khalliqnya. Hasilnya akan menjadikan seorang makhluk insan kamil.

       Pendidikan karakter bagi seorang anak didik memerlukan pendidikan akhlak atau adab. Dengan tasawuf, melalui konsep takhalli seorang anak didik mampu mengontrol prilaku kehidupan mereka sehari-hari, seperti menjauhi prilaku pergaulan bebas, menjauhi minuman keras, menggunakan narkoba, berjudi dan prilaku buruk lainnya. Seperti yang tercantum dalam kitab suci al-qur’an surah al-ma’idah ayat 90 dan 91 yang mengisyaratkan menjauhi prilaku tercela.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū innamal-khamru wal-maisiru wal-anṣābu wal-azlāmu rijsum min 'amalisy-syaiṭāni fajtanibụhu la'allakum tufliḥụn

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan".

إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةَ وَٱلْبَغْضَآءَ فِى ٱلْخَمْرِ وَٱلْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَعَنِ ٱلصَّلَوٰةِ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline