Lihat ke Halaman Asli

YUDIAR ARRASYID

Guru Kehidupan, Social Helper.

Penantian

Diperbarui: 28 Februari 2023   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku, yang dulu adalah cinta pertama bagimu. Dan kamu adalah orang kedua yang aku cintai, namun cintaku melebihi cintaku pada pandangan pertamaku. Kau tahu kenapa, karena kamu telah mengubah segalanya kehidupanku. Terlalu banyak kenangan kita. Aku tahu dulu kau begitu mencintaiku. 2 tahun lebih kita mempertahankan hubungan ini, banyak rintangan yang menghadang. Dari mulai, banyak lelaki lain yang mengagumimu, dan memaksaku untuk berpikir dan bekerja keras menjagamu, karena kusadar, kau hanya mencintaiku. Kadang kau pun cemburu, dengan sikapku yang menurutmu terlalu berlebihan berkomunikasi dengan perempuan lain. Tapi aku merindukannya, merindukan saat-saat kau cemburu, dan tak lagi membalas sms, dan mengangkat telfonku. Berhari-hari, namun itu yang membuatku rindu dan bahagia, karena akupun merasakan kecemburuan yang sama denganmu saat kau smsan atau telfonan dengan lelaki lain. 

 

Sejak aku menginjak bangku kuliah, aku merasa diriku mulai berubah, aku ingin mencintaimu lebih dewasa, dalam hatiku. Selama di Bandung, banyak hal baru yang aku temui, dan belum pernah kutemukan sebelumnya di manapun. Pikiranku mulai kacau dan meracau. Sering kali kualami galau berkepanjangan. Lingkungan kampus yang religius, dan dekat dengan pesantren Aa Gym, membuatku perlahan melupakan hal-hal yang kurang penting, termasuk tentangmu. Apakah aku terlalu egois? Tidak, tidak hatiku mulai bertanya-tanya, apakah aku terus bergelut dalam hubungan asmara yang tidak jelas ini? aduhhh, terlalu banyak tanda tanya dalam pikiranku? Puncaknya adalah saat aku megikuti kajian di beberapa tempat, termasuk kajian  keislaman di kampus, dan aku menemukan banyak lelaki sejati di sana, sempat sharing dan berbagi pengalaman kalau banyak di antara mereka yang tidak ingin pacaran, bahkan rela meninggalkan pacaran, karena prinsip baru yang mereka pegang. "pacaran banyak mudharatnya" kata sebagian dari mereka. "pacaran membuang-buang waktu kamu aja, buang-buang pulsa, kalau mau, datangi aja langsung orang tuanya"

 

Aduuuuhhhh,,,,berhari-hari, berminggu-minggu, perkataan itu membuatku galau tingkat dewa. Dilema selalu menghantui pikiranku. Aku yang sudah menjalin pacaran selama kurang lebih 2 tahun, harus melepaskan begitu saja, dan di sisi lain, aku sangat ingin dekat dengan Tuhan, melebihi diriku sbeelumnya, aku ingin menghafal Al-Qur'an, aku ingin bebas sampai batas waktu yang tepat dari perempuan-perempuan. Aku bingung???

 

Aku ingin memberitahumu, tapi menurutku apa gunanya aku memberitahumu tentang itu, karena aku tahu, jika aku melakukannya, berarti aku telah menduakan dan mengabaikan prinsipku.

Aku terlebih mencintaimu karena aku ingin menjagamu dan suatu saat langsung menghalalkanmu di depan orang tuamu. Tapi setelah kita putus komunikasi dan aku mulai tak mengabarimu, kau mulai bertanya-tanya, ada apa denganku apa yang telah membuatku berubah? Aku tetap enggan memberitahu keputusanku. Perih, benar-benar perih, namun inilah yang terbaik menurutku, entah bagimu?

Kurang lebih 6 bulan tanpamu, aku mulai merasa nyaman dengan prinsip hidupku yang baru. Namun, sakit, ketika mendengar, kalau kau sudah menjalin hubungan baru dengan lelaki lain, aku mulai resah sebenarnya, tapi aku enggan menunjukannya padamu. Kau tidak pernah tahu, kalau sebenarnya aku selalu mencari dan menanyakan kabarmu, lewat teman-temanku.

Sudahlah, aku tak ingin memperumit keadaan, biarkanlah kau nyaman dengan pasangan barumu, mungkin itu obat kerinduanmu, dan pelampiasan kemarahanmu padaku. Aku tahu, kau ingin menunjukan padaku, bahwa kau telah memiliki lekaki terbaik yang akan mendampingimu.

Hampir 3 tahun, aku menjalani prinsip hidupku, kau telah banyak berubah, kau sudah berpacaran beberapa kali, dan ketika suatu saat aku mulai menghubungimu, dan menanyakan tentang hubungan asmaramu, kau menjawab, sudah berpacaran, dengan temanku, Awi, Yudi, Megi, Hadi, entah, siapa lelaki lain yang telah berlabuh ke dalam jiwamu yang sepi dan kosong?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline