Kota Bandung sebagai Kota Indeks Harga Konsumen (IHK)
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang secara sengaja dipilih oleh BPS untuk dihitung Indeks Harga Konsumennya. Indeks harga konsumen dihitung berdasarkan hasil pengolahan Survei Harga Konsumen (SHK) di setiap kota. SHK meliputi jenis barang dan jasa dengan kualitas/merek yang umumnya banyak dikonsumsi oleh masyarakat di kota yang bersangkutan. Data Harga Konsumen diperoleh dari responden/pedagang eceran terpilih (Badan Pusat Statistik, 2023). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari BPS, Kota Bandung dipilih menjadi kota IHK karena statusnya sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat serta menjadi pusat perekonomian baik di Jawa Barat maupun di Kawasan Bandung Raya.
Indeks ini diperoleh dari data hasil survei harga konsumen (SHK) yang meliputi jenis barang dan jasa dengan kualitas/merek yang umum dikonsumsi masyarakat. Jenis barang dan jasa yang digunakan dalam SHK berjumlah 248-473 jenis. Pelaksanaan SHK dilakukan setiap bulan. Nilai IHK pada periode waktu tertentu kemudian dibandingkan dengan data pada periode sebelumnya akan diperoleh data inflasi/deflasi, baik year on year (y-on-y), month to month (m-to-m), maupun year to date (y-to-d).
Kondisi Inflasi Terkini
Berdasarkan berita resmi statistik bulan Agustus 2025 terhitung inflasi Kota Bandung secara m-to-m Adalah sebesar 0,50%, lebih besar 0,20% dibanding dengan inflasi nasional dan Provinsi Jawa Barat (0,30%). Kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi m-to-m terbesar adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakan rumah tangga (0,24%). Komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi adalah bahan bakar rumah tangga (gas) yaitu sebesar 0,21%. Adapun komoditas pangan yang memberi andil inflasi m-to-m Juli 2025 adalah beras (0,05%), cabai rawit (0,03%), telur ayam ras (0,03%), dan bawang merah (0,03%). Sedangkan yang memberi andil deflasi adalah buah jeruk dan buncis (-0,01%).
Inflasi y-on-y Kota Bandung pada bulan Juli 2025 sebesar 1,96%. Berbeda dengan m-to-m, nilai inflasi y-on-y Kota Bandung pada bulan ini lebih rendah dari Nasional (2,37%) dan Jawa Barat (2,03%). Kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau (0,66%). Adapun komoditas pangan yang memberi andil terhadap inflasi y-on-y adalah minyak goreng (0,10%) dan tomat (0,10%). Adapun andil deflasi terbesar disumbangkan oleh daging ayam (-0,08%). Sedangkan komoditas yang memberi andil terbesar terhadap inflasi y-on-y adalah emas perhiasan (0,45%).
Indikator inflasi selanjutnya adalah inflasi year to date (y-to-d). Nilai inflasi y-to-d Kota Bandung pada bulan Juli 2025 adalah sebesar 1,44%, masih lebih rendah dibanding dengan nilai provinsi (1,56%) dan nasional (1,69%). Komoditas yang memberikan andil terbesar adalah bahan bakar rumah tangga (0,31%). Komoditas pangan yang memberikan andil terhadap inflasi y-to-d adalah cabai rawit (0,09%) dan cabai merah (0,05%). Adapun andil deflasi terbesar disumbangkan oleh daging ayam (-0,06%) dan bawang putih (-0,04%).
Dengan nilai inflasi seperti dijabarkan di atas, tingkat inflasi Kota Bandung masih berada pada tingkatan inflasi ringan (<10%). Adapun tagert inflasi dari Bank Sentral (Bank Indonesia) adalah 2,5%±1% atau berada pada rentang 1,5%-3,5%. Apabila dibandingkan dengan target tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat inflasi Kota Bandung tercatat baik karena masih berada dalam rentang tersebut.
Perbandingan inflasi Kota Bandung dengan kab/kota lain di Jawa Barat adalah posisi tertinggi ke-2 setelah Kota Cirebon menurut indikator m-to-m. Sedangkan berdasarkan indikator y-to-d Kota Bandung berada pada posisi terendah ke-3. Berdasarkan indikator y-on-y berada di posisi ke-4. Berikut perbandingan inflasi Kota Bandung dengan kab/kota di Jawa Barat.
Inflasi Komoditas Pangan