Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Alumni UIN SGD Bandung

Membaca Buku si Kabayan Returns

Diperbarui: 23 September 2019   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Buku "Si Kabayan Returns" ini ditulis oleh Yus R. Ismail. Penerbitnya Bhuana Sastra, Jakarta, tahun 2017. Tebalnya 142 halaman. Isinya terdiri 33 cerita. Narasinya pendek dan berbentuk dialog sehingga enak dibaca. Yang paling khas adalah lucu. Ya, memang demikian isi dari buku ini. Sesuai dengan karakter Sunda yang dominan dengan canda dan tawa. 

Dan narasi Kabayan ini lebih dari sekadar tawa, tetapi ada edukasi hidup dan cara menghadapi kehidupan yang susah, cukup dihadapi dengan kecerdikan dan sikap santai. Ini sangat sulit bagi orang biasa. 

Kabayan menurut saya memegang prinsip  "teu nanaon ku nanaon" alias tangguh dalam berbagai hal. Miskin dan kaya tidak membuat Kabayan berubah. Makan dan tidak, enak dan tidak, bukan personalan yang utama. Yang utama untuk seorang Kabayan, berdasarkan narasi dalam buku, adalah menjalani hidup dengan jiwa penuh bahagia. Saat miskin diterima apa adanya, saat derita pun diterima, ditipu dan diacuhkan pun tidak membuat Kabayan hilang jati diri sebagai manusia. Tetap seorang manusia dengan karakter "pasrah" atas segala hambatan hidup.

Entah berapa jumlah narasi tentang Kabayan yang beredar di buku-buku dan diceritakan secara lisan di tengah masyarakat Sunda. Saya sendiri tidak mengetahui jumlah buku yang sudah dibaca tentang Kabayan. Namun, setiap kali baca buku atau dengar cerita Kabayan senantiasa ada yang berbeda dan pastinya lucu. Ini yang khas dari Kabayan.

Tokoh dalam cerita pun tidak jauh dari keluarga: Abah dan Ambu yang merupakan mertua, dan Iteung sang istri Kabayan. Kemudian latar suasana pun tidak jauh dari kehidupan desa,  sawah, kebun, umbi-umbian, padi, ikan, ayam, kerbau, sungai, tungku, bulu ayam, kain sarung, tidur, dan lainnya.

Dalam beberapa narasi, Kabayan ini kadang dibuat dalam kondisi diabaikan oleh keluarga, tidak dihargai oleh lingkungan dan pejabat desa, tetapi kemudian dari laku yang menerpanya itu Kabayan malah menunjukkan seorang manusia yang eksistensialis; mengada dalam keberadaannya. Alih-alih dilupakan, malah diingat dan menjadi narasi manusia Sunda yang hidup.

Menjadi manusia buat seorang Kabayan adalah menikmati hidup dengan penuh canda dan kecerdikan. Seolah-olah licik, tetapi menunjukkan laku cerdas dan tidak bisa dipermainkan oleh orang. Hanya itu yang saya pahami dari narasi demi narasi yang menuturkan cerita Kabayan.

Harus diakui bahwa para tokoh budaya mempunyai makna sendiri atas sosok Kabayan. Saya kira lumrah dan tidak menjadi masalah sepanjang ada manfaat yang diambil dari pembacaan atas narasi Kabayan.

Hatur nuhun anu parantos kersa maos ieu seratan. Cekap sakieu heula. Insya Allah, isuk jaganing geto mun mendakan deui buku Kabayan, urang aos deui. Sugan aya manfaatna. Hatur nuhun. Cag! *** (ahmad sahidin)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline