Lihat ke Halaman Asli

Tragedi Aleppo dan Kekuatan Kebangkitan Islam

Diperbarui: 25 Desember 2016   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BBC Indonesia

Di Aleppo timur yang dikuasai pemberontak, asap hitam membumbung tinggi dari rumah-rumah penduduk yang sengaja dibakar penduduk karena tak ingin meninggalkan apa pun yang bisa dijarah pasukan pemberontak.

Kejadian yang bukan lagi sekedar isu belaka di telinga kita hingga fakta-fakta kekejian perang terekspose media.

"Sulit meninggalkan barang-barang milik kita karena tahu musuh kita akan menggunakannya untuk mereka. Bandit-bandit biasanya akan merampasnya," kata Zarqa, guru bahasa Inggris yang turut mengungsi dari Aleppo timur.

Sesaat kita melihat tragedi kemanusiaan ini seperti bukan hal yang akrab dengan keseharian. Ya tentu, karena hal itu memang jauh dari tempat kita bekerja, bermain, dan beristirahat. Begitu bodohnya manusia yang menjadi tidak peduli terutama sesama muslim yang saudara-saudara seimannya justru dalam kondisi sekarat. Mereka ditinggal dengan ketidakpedulian.

Kini perkara yang bermula pada 2011 yang sering disebut Arab Spring memunculkan tidak hanya gerakan anti pemerintah, melainkan telah menghasilkan korban nyawa dari masing-masing wilayah yang terlibat perang.

Rakyat mengungkapkan kemarahan atas pejabat-pejabat yang korup, serangkaian aksi pun terjadi. Kemudian, rezim menanggapi aksi-aksi yang terjadi justru dengan langkah brutal. Sehingga banyak pengunjuk rasa dan kelompok tertentu yang menyimpulkan bahwa satu-satunya cara berhadapan dengan pemerintah adalah dengan mempersenjatai diri dan menggulingkan rezim. Lantas hal ini berkembang dan menjadi perang saudara yang berlarut-larut.

Setidaknya itulah yang terjadi dalam waktu-waktu terakhir di Aleppo, Suriah. "Sekitar 3.000 warga sipil dan lebih dari 40 orang yang terluka, termasuk anak-anak, dibawa keluar," kata kepala ICRC di Suriah, Marianne Gasser, setelah dua konvoi pergi.

Namun perlu kita lihat keseluruhan korban sejak tragedi ini terjadi hingga saat ini. “Sangat sulit untuk membuat skala kehancuran dan penderitaan yang akurat. Namun kebanyakan sepakat bahwa lebih dari 500.000 orang terbunuh.” Begitu besarnya angka total korban terbunuh. Penderitaan fisik dan psikis tak terobati dalam rentang waktu seumur jagung.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline