Lihat ke Halaman Asli

Menyingkap Pesan Terselubung dalam Event Fiksi Fabel di Kompasiana

Diperbarui: 6 November 2015   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alih-alih bertanya apa itu fabel, saya justru lebih tertarik untuk mengetahui, sebenarnya ada atau tidak, sih, karakter fabel asli Indonesia?

Dan Mbah Google pun menjawab, bahwa karakter fabel asli Indonesia adalah tokoh kancil. Hanya saja berdasarkan riwayat yang saya ketahui, kancil awalnya disohorkan oleh Aesop si Raja Fabel, dengan tema "Kancil Mencuri Mentimun", yang kemudian terus berkembang menjadi kancil yang cerdik meski agak licik.

Jadi? Bahkan karakter fabel khas Indonesia yang terkenal saja kita sulit mencarinya, hiks sekali... T_T

Tapi tak seperti perkembangan yang terkini, fabel di masa awal bukanlah mengenai bentuk super kreatif yang digagas nenek moyang demi menanamkan pelajaran moral kepada anak-anak, melainkan justru untuk memberi nasehat secara halus (secara ibarat) kepada Raja, yang pada masa tersebut memerintah secara zalim kepada rakyatnya. Maka rakyat membuat nasehat untuk rajanya dengan bercerita yang menggunakan binatang sebagai tokoh, dimana jika nasehat itu ditunjukkan langsung kepada raja, maka rakyat tersebut akan mendapatkan ancaman dari raja. Uhuk! ^_

Sejarah singkat fabel.

Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa Fabel lahir di Yunani pada abad ke-6 SM. Cerita fabel merupakan kesustraan dunia yang tertua, dengan pegiat pertamanya adalah seorang budak bernama Äsop/Aesop, Beuti (1984: 142) “Äsop schrieb die ersten Fabeln, die Vorbild für alle nachfolgenden Fabeldichter wurden und deren Wirkung bis in die modern reich”.

Sejak awal fabel merupakan alternatif cara yang paling tepat untuk menyampaikan kebenaran, yang pada saat itu tidak mudah untuk dikatakan secara langsung terutama untuk kalangan rakyat jelata.

Aesop terkenal dengan fabelnya yang sangat banyak. Fabel Aesop ini kemudian ditulis ulang oleh Babrios dalam bentuk sajak, lalu oleh Phaedrus (+/- 500 SM) dengan menekankan unsur-unsur pendidikan dalam fabel-fabel tersebut, kemudian oleh Avianus (+/- 400 SM) dalam bentuk sajak berbahasa Latin dan juga dalam bentuk prosa. Penggunaan istilah “fabel” sudah dimulai pada masa Phaedrus.

Fabel-fabel berbahasa Latin kemudian menyebar sampai ke Jerman pada Abad Pertengahan melalui biara-biara. Pada saat itu, nilai moral dan pengajaran yang terkandung dalam fabel digunakan dalam pengajaran gereja.

Pada Zaman Aufklaerung (abad ke 18), kebebasan berpikir, berkehidupan sosial dan politik, membuat fabel riuh kembali, dengan Gotthold Ephraim Lessing sebagai salah satu tokohnya. Pada abad ke 20, konteks fabel dipengaruhi oleh revolusi politik dan industrialisasi.

Bentuk fabel sendiri biasanya berupa prosa (Epik) ataupun sajak (Lyrik). Tetapi sebagian besar karya fabel berdurasi pendek, karena pada awalnya, cerita fabel disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut (mündlich). Cara penulisan fabel dan kata-kata yang digunakanpun biasanya amat sederhana dan mudah dimengerti, arena fabel berkembang di kalangan masyarakat biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline