Lihat ke Halaman Asli

Rain Shall Fall

Diperbarui: 2 Maret 2017   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Genting berkarat mengatap
Karatnya membuat ingat bahwa
Oksidasi, beriring menuju tanah menatap
Tegar dan hanya proses mengikis jua

Helaan angin yang merombeng atas Itu
Banyak telah mencukil -
Cukil, dari sebelum apa yang harus lalu
Dari setelah panas matahari labil

Lalu langit rekah, malu, ulang (pernah)
Pedihnya menggetir liar pada logam
Mencari dengan harap bunyi pengang
Lalu kau bilang petir banyak Itu bergumam

“…lalu apa harus ku tahu atas gerakku”
“Apa harus Ku hidup? Ku hidup!”
Pohon, antenna, korban dengan asap baru
“Dan dimana? Penghentian, batas batas gerak”
Ribu dari sekian volta yang juga baru

Langit mendadak muda, atau cuma aku? (Aku?)
Hitam punya rambut mengabu mendesir
Setiap yang dibawah bergerak tahu
Sebentar kebawah, jatuh menyisir

Rintik lah pertama basah dirinya
Rintiklah menjadi Kan awal
Genangan! Kau iya mulai peduli juga
Iya kau ingat-ingat begitu kental
Makin pekat bersua
Makin rapat, layak kekal
Kau sementara keras usaha untuk sadar
Sadar akan kata yang hilang
Sadar bahwa segar setetes dan tetes lapar
Mendekap suaranya seolah berdentang

Semenjak atap Itu meronta karna diterpa
Kau sudah tau dan peka harus
Analogi dan majas dari hidup mu dalam kata
“Ya tentu! Hujan! (Tangis) Hujan!”
Jangan diam dan awan jangan! Terus!

Bertapa kau lupa gravitasi
Betapa kau lupa muara yang bercampur
Awan lama telah benci
Kini dia korbankan untuk sebagian menuju lumpur
Untuk fajar
Fajar kehidupan satu wanita
Sesiapa sekarang menangis sambil menghujat
“HUJAN LAH YANG HARUS JATUH !”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline