Lihat ke Halaman Asli

Puding Besar

Diperbarui: 31 Januari 2021   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beginilah keadaan tiap kampung/desa di Babel (foto:agusyaman)

Satu desa atau kampung biasanya akan terkenal bila ia memiliki suatu keunikan pada alamnya, memiliki identitas yang mudah dikenali, atau tempat lahirnya tokoh terkenal, tempat tinggal tokoh nasional apalagi internasional, terkenal karena sesuatu yang telah diperbuat oleh masyarakatnya, memiliki peninggalan sejarah, atau memiliki kebudayaan yang di akui dunia.

Biasanya, desa yang telah terkenal akan merebak pada satu kedaerahannya yang luas, kita sebut sebagai satu provinsi atau satu kepulauan.

Satu desa juga berkembang karena didatangi orang-orang luar dan menjadi masyarakat yang majemuk, terbentuk dari kumpulan orang-orang yang semakin tumbuh dan berkembang kemudian menjadi desa terbesar dan menjadi suatu kota.

Puding Besar adalah nama satu desa/kampung yang ada di Bangka Belitung, tepatnya di Kabupaten Bangka. Berdekatan dengan desa Tanah Bawah, desa yang telah melahirkan pendekar kampung yang terkenal di Bangka namun tidak di kenal secara nasional. Satu-satunya pesilat tangguh yang menguasai silat tradisional "Bintit" Bangka yang dipercaya sudah hampir punah.

Hanya orang-orang yang sudah berusia lanjut mengenalnya, pendekar ini bernama Sahaq (dikenal dengan panggilan Haji Sahaq). Gelar Haji ia dapatkan setelah menunaikan ibadah haji menggunakan kapal ke Mekah pada masa penjajahan Belanda.

Haji Sahaq memiliki cucu bernama Haji Yamin yang tinggal di Puding Besar, oleh karena itu desa Tanah Bawah dan Puding Besar memiliki ikatan persaudaraan yang kuat. 

Saya mengetahui cerita Haji Sahaq dari kakak-kakak saya yang mengetahuinya dari Haji Yamin (kakek saya). Waktu kecil kakek saya sering bercerita kepada saya, tapi pada saat kelas 4 SD kakek saya meninggal dunia, demikian itu membuat saya masih ingat sebagian cerita-ceritanya. 

Saya pun masih ingat cerita dari ayah saya, jika kakek Yamin sudah membuang ilmu kanuragannya ketika menunaikan ibadah haji.

Percaya atau tidak, ada suatu cerita yang dapat saya ceritakan kepada anda. Haji Sahaq pernah dikejar-kejar (dicari) oleh tentara Belanda, karena ia dianggap berbahaya karena menguasai ilmu kanuragan "Budi Suci" dan ilmu beladiri (silat). 

Beliau tidak pernah tertangkap walau digerebek di rumah sekalipun, ia dapat berlari di atap-atap rumah penduduk, dan jika bertengkar dengan isterinya, kemarahan ia limpahkan dengan berlari-lari antar kampung. Orang-orang berbeda kampung menceritakan jika mereka melihat Haji Sahaq di waktu bersamaan. Sedangkan isterinya yang merajuk (ngambek) menggeser-geserkan tubuh ke atas karung yang berisikan lada dan lada itu diceritakan menjadi debu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline