Lihat ke Halaman Asli

Agus Win

Agus Win

10 Perguruan Historis Pencak Silat

Diperbarui: 13 Januari 2023   18:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencak silat merupakan pusaka leluhur dan bagian yang tidak terpisahkan dari kekuatan kehidupan bangsa Indonesia, yang di dalamnya memiliki aspek mental spiritual, beladiri, seni, dan olahraga.

Pencak silat telah menjadi bagian budaya bangsa dan sebagai bagian integral dari ketahanan nasional Indonesia.

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan melalui upaya-upaya yang terencana, tertata, dan berkelanjutan, maka telah menjadi konsensus nasional pembentukan wadah organisasi pencak silat Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia atau disingkat IPSI yang didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa Tengah.

Organisasi IPSI dibentuk secara bertingkat, yang terdiri dari IPSI Pusat, IPSI Provinsi, IPSI Kabupaten / Kota, dan IPSI Kecamatan.

Saat ini terdapat 16 perguruan pencak silat yang terdaftar sebagai anggota IPSI Pusat, yaitu :

10 Anggota Khusus (Perguruan Historis Pencak Silat) :
- Persaudaraan Setia Hati
- Persaudaraan Setia Hati Terate
- Kelatnas Indonesia Perisai Diri
- PSN Perisai Putih
- Tapak Suci Putera Muhammadiyah
- Phashadja Mataram
- Perpi Harimurti
- Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI)
- PPS Putra Betawi
- KPS Nusantara

6 Anggota Biasa :
- PPS Betako Merpati Putih
- PPS Satria Muda Indonesia
- Persinas Asad
- PSTD Indonesia
- LPI Tetada Kalimasada
- PSNU Pagar Nusa

=====

01-psh-5abf172dab12ae79a60e70c2.jpg

PERSAUDARAAN SETIA HATI

Pencak Setia Hati diciptakan oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo pada tahun 1903 di daerah Tambakgringsing, Surabaya, Jawa Timur, yang pada saat itu diberi nama permainan pencak Djojo Gendilo Tjipto Moeljo dengan nama perkumpulannya Sedoeloer Toenggal Ketjer. Pada tahun 1917 nama tersebut dirubah menjadi Persaudaraan Setia Hati yang berpusat di Madiun, Jawa Timur.

Pencak Setia Hati dirumuskan oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo yang dikenal juga dengan Eyang Suro dari hasil menimba ilmu pencak silat dari berbagai daerah. Dimulai setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat, pada tahun 1891 Eyang Suro mendapat pekerjaan magang sebagai juru tulis pada seorang kontroler Belanda. Selain bekerja, Eyang Suro tetap meneruskan belajar di Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Dari pondok pesantren inilah Eyang Suro mulai mendalami ilmu agama dan pencak silat sekaligus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline