Lihat ke Halaman Asli

Meditasi Yesus #10 - Bunda Maria , Teladan Utama Meditasi Yesus

Diperbarui: 30 September 2015   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya tidak lengkap jika tulisan seri Meditasi Yesus ini tidak membahas tentang Maria, bunda kita. Bahkan memahami peran Bunda Maria akan membawa kita untuk menghayati spiritualitas Meditasi Yesus secara lengkap. Maka dalam tulisan tambahan ini saya akan membagikan secara ringkas tentang Bunda Maria sebagai teladan utama Meditasi Yesus.

Penyaliban adalah momen terpenting dalam seluruh karya keselamatan. Tidak ada satu detailpun yang boleh dianggap kecil. Demikian juga setiap kata-kata Yesus menjadi sangat berarti dalam momen ini. Di atas kayu salib, Tuhan kita telah menyerahkan murid-murid-Nya kepada Sang Bunda, “Ibu, inilah anakmu” dan kepada murid-murid-Nya Tuhan meminta mereka untuk menerima Maria sebagai ibu mereka, “Inilah ibumu”.

Momen dahsyat ini menandai sebuah relasi amat penting yang berhubungan jauh ke belakang.... yaitu dengan nubuat pada Kitab Kejadian dimana Tuhan menetapkan permusuhan antara perempuan dan ular, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya..”(Kej.3:15)

Maria adalah Hawa yang baru, sebagaimana Yesus adalah Adam yang baru. Melalui ketidak-taatan Hawa manusia terjatuh ke dalam dosa, tapi sebaliknya melalui ketaatan Maria yang berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu," keadaan manusia akan dipulihkan kembali. Tanpa ketaatan Maria, tentunya tidak ada inkarnasi dan juga tidak ada penebusan salib. Ketaatan Maria telah membuka jalan bagi penebusan dan seluruh karya keselamatan Kristus bagi kita.

Dengan demikian melalui perkataan-Nya di kayu salib kita yang menjadi pengikut Yesus telah ditetapkan sebagai anak-anak Maria, yaitu Hawa yang baru, yang akan berperang melawan keturunan iblis atau ular di Taman Eden. Inilah panggilan kita sebagai pengikut Yesus yang sekaligus menjadi pemenuhan nubuat Tuhan dalam Kitab Kejadian.

Jadi kita yang mengikuti Meditasi Yesus tidak dipanggil untuk hidup tenang dan damai, sama sekali tidak. Tapi sebaliknya untuk berperang, sama seperti Kristus yang tidak datang untuk membawa damai tapi pedang. Yaitu untuk memisahkan kebenaran dari kesesatan, untuk memisahkan kebaikan dan kejahatan, untuk memisahkan yang berasal dari terang dan yang berasal dari kegelapan. Demikian juga kita tidak hanya dipanggil untuk menyatakan kebenaran dan kasih, tapi juga untuk melawan berbagai kejahatan, ajaran-ajaran palsu dan berbagai kesesatan dengan tegas tanpa kompromi. Terutama di jaman ini dimana dunia begitu penuh dengan berbagai ajaran-ajaran palsu yang menyesatkan manusia, sementara itu ajaran yang benar yang berasal dari Tuhan kita terus ditindas dan dipinggirkan.

Inilah saat kita mengangkat senjata rohani untuk berperang melawan iblis dan pengikutnya, demi kemuliaan Tuhan. Untuk itu spiritualitas Meditasi Yesus adalah senjata andalan kita dalam peperangan ini. Dengan mempraktekkan Meditasi Yesus setiap hari, minimal 20 menit sehari, kita mempersiapkan diri kita secaraspartan untuk menghadapi peperangan rohani melawan iblis dan seluruh keturunannya. Siapa yang mempersiapkan diri dengan baik akan menang dalam peperangan ini. Dan Maria, bunda kita akan membimbing setiap langkah yang kita lakukan dalam Meditasi Yesus untuk mencapai hasil yang terbaik, yaitu menjadi prajurit-prajurit Kristus sejati yang akan memenangkan peperangan rohani demi kemuliaan Tuhan.

Lalu bagaimana Bunda Maria dapat membimbing kita?

Inti dari spiritualitas Meditasi Yesus terletak pada doa yang kedua, “Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau”. Bunda Maria akan mengajarkan kita bagaimana menghayati doa tersebut dengan sempurna. Itu dimungkinkan karena Bunda Maria adalah manusia pertama di dunia ini yang mengatakan itu sewaktu Yesus lahir dari rahimnya. Tentu bukan dengan kalimat seperti dalam doa itu, mungkin kata-katanya, “Yesus anakku, betapa aku mengasihimu...” Dan Bunda Maria selalu mengatakan kata-kata tersebut setiap hari sepanjang hidupnya. Itu sebabnya hanya Bunda Maria yang tahu persis bagaimana kita dapat menghayati doa tersebut. Dengan berpaling kepadanya dan memohon bimbingannya, kita akan diajar untuk menghayati doa tersebut dengan sempurna.

Tentu kita masih ingat kisah Injil tentang pesta perkawinan di Kana. Itulah saat Tuhan Yesus pertama kali melakukan mujizat. Bunda Maria ada di sana dan Yesus serta murid-murid-Nya juga diundang. Bunda Maria sangat sensitif dengan situasi yang ada. Meski tuan rumah tidak memberitahukan apa-apa kepadanya atau kepada tamu-tamu lainnya, Bunda Maria segera tahu bahwa tuan rumah sedang mengalami kesulitan karena kekurangan anggur. Dalam tradisi Yahudi, kondisi seperti itu akan sangat memalukan. Menyadari itu Bunda Maria mendatangi Yesus dan berkata, “Mereka kehabisan anggur...” Meski waktunya belum tiba, Yesus melakukan juga apa yang dikehendaki oleh ibu-Nya. Ia mengubah air menjadi anggur terbaik.

Demikian juga jika kita mengundang Bunda Maria dalam Meditasi Yesus yang kita jalankan, Bunda Maria akan memperhatikan setiap anak-anaknya dengan cermat. Bunda Maria sangat sensitif, tanpa kita perlu meminta ia akan segera memberitahukan pada Yesus putranya apa yang kita butuhkan dan apa saja yang masih kurang dalam diri kita supaya Yesus berkenan melengkapinya. Itulah pentingnya kita mengundang Bunda Maria ke dalam Meditasi Yesus yang kita lakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline