Bersih belum tentu suci dari najis. Kebersihan barangkali bisa kita nilai secara sekilas saja yakni tak nampaknya kotoran dan lebih dari itu yakni suci yang menjadi kewajiban seorang muslim sebelum melakukan ibadah salat. Bersuci atau thaharah dapat di bagi menjadi dua, bersuci dari hadats yang hanya menyangkut bagian badan dan bersuci dari najis yang berlaku pada badan, pakaian dan tempat.
Najis sendiri dibagi oleh para ulama menjadi tiga bagian dengan tata cara penyucian yang berbeda.
a. Najis mughalazah yakni najis berat, yang termasuk dalam jenis najis ini adalah anjing dan babi. Adapun cara mensucikannya adalah dengan menghilangkan wujud benda itu terlebih dakhulu kemudian dicuci dengan air bersih hingga tujuh kali dan pada permulaan atau penghabisannya wajib dicampur dengan debu (tanah).
b. Najis mukhaffafah yakni najis ringan. Seperti air kencing bayi laki-laki yang usianya kurang dari dua tahun dan belum makan apa-apa selain air susu ibunya. Cara menyucikannya dengan memercikan air padanya.
c. Najis mutawassitah yakni najis sedang. Termasuk didalamnya kotoran manusia atau hewan, air kencing, nanah, darah dan bangkai. Najis sedang sendiri terbagi menjadi dua ;
- Najis ainiah yakni najis yang bendanya mempunyai wujud. Cara menyucikannya dengan menghilangkan zat atau bendanya terlebih dakhulu hingga unsur rasa, baud an warnanya hilang kemudian disiram air hingga bersih
- Najis hukmiah yakni najis yang bendanya tidak berwujud, seperti bekas arak dan kencing yang sudah kering. Cara menyucikannya cukup dengan mengalirkan air ada najis tersebut.
Air yang digunakan untuk membersihkan najis adalah air yang suci dan menyucikan, yang temasuk air jenis ini adalah air hujan, salju atau es, air embun, air laut, air danau atau telaga, air sungai, air sumur dan air yang berasal dari sumber air yang mengalir.