Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Mendadak Produktif Gegara Pandemi

Diperbarui: 4 Desember 2022   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dokumen pribadi

Banyak cara yang dilakukan orang dalam menanggapi suatu kejadian. Jika kejadian itu berupa kegembiraan, pasti ucapan syukur kontan meluncur dari mulutnya. Raut wajahnya pun dijamin segar. Banyak tebar senyuman.

Namun lain halnya saat musibah yang mereka hadapi. Dapat dipastikan sejuta keluhan pun akan mengalir dari mulutnya. Raut wajah berubah. Tidak ada manis-manisnya. Posisi bibir pun terkatup seakan menekuri nasib yang tengah dialaminya. Kalau bagi yang kurang beriman, ujung-ujungnya protes pada Yang Maha Kuasa.

Situasi semacam ini terjadi saat pandemi membekap bumi ini. Sebaran virus Covid-19 yang begitu masif, membuat orang tidak punya pilihan lain. Roda kehidupan saat itu seakan terhenti. Berbagai kebiasaan pun dipaksa untuk berubah drastit. Berubah 180 derajat. 

Hal yang semula diharuskan, justru menjadi larangan. Sebaliknya hal yang dahulu dilarang, kini malah dianjurkan. Memang luar biasa kalau Allah sudah punya kehendak. Dalam hitungan detik, segalanya bisa berubah.

sumber: dokumen pribadi

Bagi saya sebagai guru, banyak hal yang berubah gegara pandemi. Kegiatan belajar mengajar yang semula tatap muka, berubah menjadi model daring. Sebuah model pembelajaran yang tidak pernah hinggap di benak seorang guru, siapa pun orangnya. Zona nyaman itu lenyap seketika. Berganti dengan rasa tergopoh-gopoh untuk menysuaikan diri dengan tuntutan zaman.

Sisi yang tak kalah menarik, gegara pandemi ini, banyak waktu luang karena kita harus lebih banyak berada di rumah. Masalah yang muncul adalah pemanfaatan waktu tersebut. Namun barangkali sudah takdir saya, saya pun mengikuti langkah beberapa teman terjun dalam bidang tulis menulis. Sebab bidang ini mungkin adalah bidang yang tidak terdampak pandemi. Bahkan menurut beberapa sumber, saat pandemi berlangsung banyak orang yang terjun di bidang ini, termasuk para guru. Indikatornya gampang, selama 2 tahun tersebut Perpusnas sampai kewalahan mengeluarkan ISBN untuk sebuah buku. Luar biasa.

Saat ini pandemi telah berakhir. Namun yang perlu saya syukuri, dunia tulis menulis yang semula sebuah pelarian, justru menjadi kebutuhan. Rasanya belum lengkap hari ini kalau belum menulis di blog-blog kepenulisan yang saya ikuti. Satu hal lagi yang buat saya terkejut, selama 2 tahun pandemi, ternyata telah 4 buku solo bergenre humor yang saya hasilkan. Selain itu tidak kurang 36 buku antologi yang sebagian besar saya sebagai kurator dan editor.

Kebiasaan lain yang juga tidak kalah hebat saya rasakan adalah menulis di beberapa blog kepenulisan. Mulai dari Kompasiana, Kumparan, Opinian, Yoursay.id., FB Mediaguru, dan lain-lain. Bahkan beberapa tulisan pernah nangkring di detiknews dan koran lokal.

Akhirnya semua berpulang pada masing-masing kita dalam menyikapi sebuah musibah. Pandemi Covid-19 yang mengerikan, ternyata justru menjadi berkah tersendiri saat kita bisa menyikapinya dengan positif. Dan perlu diketahui, saya hanya 1 dari ribuan orang yang melakukan ini. Dari ribuan orang itu, barangkali Anda termasuk di dalamnya.

Lembah Tidar, 4 Desember 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline