Lihat ke Halaman Asli

Caesar Naibaho

Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Waisak, Optimisme Persaudaraan Sejati di Bulan Ramadan dan Memerangi Pandemi

Diperbarui: 7 Mei 2020   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Renungan Waisak Untuk Kita, Mari Pupuk Persaudaraan Sejati. gambar:dokpri

Hari Trisuci Waisak jatuh di hari Kamis, 7 Mei 2020 dengan mengangkat tema "Persaudaraan Sejati, Dasar Keutuhan Bangsa" seharusnya mampu mengetuk pintu hati kita untuk merenungkan sejenak bagaimana caranya agar kita tetap kokoh dalam persaudaraan sejati ditengah badai pandemi covid-19.

Membaca Renungan Waisak oleh Bhikkhu Sri Subhapannyo, Mahathera, Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia sangat menyejutkkan.

Bagaimana tidak? Ditengah bangsa kita yang sedang menghadapi kompleksnya permasalahan yang timbul akibat pandemi covid-19, kita masih diajak untuk tetap konsisten dan optimis untuk menjaga Persaudaraan Sejati sebagai sebuah bangsa yang besar dalam menjaga bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pesan yang disampaikan lewat doa berbunyi "Sabbe Satta Bhavantu Sukithata" memiliki makna mendalam "Semoga Semua Makhluk Berbahagia", dimana kita sebagai warga Negara Indonesia yang hidup bermasyarakat, namun terdiri dari berbagai adat istiadat, tradisi, agama, dan kepercayaan, tetapi kita harus hidup dalam satu rasa, hidup berdampingan dengan damai sebagai saudara sebangsa, setanah air, bahkan saudara sebagai sesama manusia.

Inilah harapan seluruh warga Negara Indonesia yang seharusnya kita bangun di tengah-tengah perayaan hari Trisuci Waisak, bulan Ramadan seperti yang kita rayakan, juga bulan Maria bagi umat Katolik sedunia yang merayakan bulan Mei ini sebagai bulan Devosi kepada Bunda Maria.

Tema Persaudaraan Sejati tentunya tema yang sangat relevan untuk meningkatkan kesadaran kita sebagai warga negara Indonesia untuk lebih peka dan lebih memaknai arti Bhinneka Tunggal Ika yang terpampang di kaki Burung Garuda.

Kata Bhinneka Tunggal Ika sendiri jangan kita lupakan merupakan sesanti Buddhis yang diungkapkan oleh pujangga Mpu Tantular untuk menjembatani seluruh perbedaan-perbedaan yang timbul pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Kakawin atau Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular ini menginspirasi para pendiri bangsa kita atau sering kita kenal dengan sebutan The Founding Fathers untuk memperjuangkan kemerdekaan dan membentuk bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan Negara, Bhinneka Tunggal Ika dengan harapan terwujudnya Persaudaraan Sejati seperti tema Waisak yang kita peringati hari ini.

Walau ada perbedaan, namun dari artikel Renungan Waisak oleh Bhikku Sri Subhapannyo, saya baru tau ternyata banyak terselip kesamaan yang mirip diantara perbedaan agama, adat istiadat maupun kepercayaan diantara suku-suku yang ada di negara kita ini.

Hari Trisuci Waisak ternyata mengingatkan kepada kita adanya tiga peristiwa suci, diantaranya Kelahiran, Pencerahan Sempurna, dan Kemangkatan Buddha Gautama.

Menurut cerita dalam Renungan Waisak tersebut, disebutkan bahwa tiga peristiwa suci itu terjadi di hari yang sama, hari purnama raya, bulan Waisak. Lahirnya calon Buddha tahun 623 Sebelum Masehi di Taman Lumbini, Kapilavasthu, Nepal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline