Lihat ke Halaman Asli

Caesar Naibaho

Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

[LOMBAPK] Alkisah Si Rukun dan Si Toler yang Masih Berjuang

Diperbarui: 24 Januari 2017   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Planet Kenthir. sumber: Logo Planet Kentir

Konon ceritanya, jagad raya ini terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan pertama yang dinamai dengan Kayangan, tempat bercokolnya para Dewa dan Dewi, dewa yang paling berkuasa kala itu bernama Dewa Batara Guru yang diberi kuasa untuk memerintah Kayangan. Dewa memiliki seorang putri yang sangat cantik jelita dan kesohor hingga ke semua kerajaan di Kayangan. Puteri itu bernama Boru Parujar, tetapi karena keahliannya menenun tiada duanya, dia digelari dengan Partonun Na Utusan (Maha Ahli Tenun).

Kecantikan puteri ini dan kepandaiannya membuat tenunan, menjadikan banyak yang iri hati, dengki, bahkan membuat mata para dewa sekalipun tidak bisa berkedip dan memiliki hasrat untuk menjadikan puteri ini sebagai pasangan hidupnya. Tidak terkecuali oleh seorang dewa bernama Penjaga Bulan. Walau berwujud naga dan sangat buruk rupa, tetapi sang dewa ini sangat pede untuk mendekati sang puteri dan mengupayakan segala cara agar si puteri memberikan sedikit perhatian kepadanya. Tetapi selalu ditolak mentah-mentah oleh Boru Parujar.

Hingga suatu ketika, dewa penjaga bulan menemukan ide untuk merubah wujudnya menjadi seorang pemuda tampan seperti Dewa Batara Guru, lalu mencoba mengintip apa kegiatan sang puteri di kayangan dan dia melihat bahwa benang yang digunakan untuk menenun sudah hampir habis, lalu dia kembali ke tempatnya dan mempersiapkan gelondongan benang yang banyak.

Keesokan harinya dia membawa gelondongan benang dan menyamar sebagai tamu dari kerajaan lain yang bertujuan untuk melamar sang puteri dengan mahar gelondongan benang yang sangat mahal. Melihat hal tersebut Dewa Batara Guru setuju, pun dengan sang puteri yang terpesona oleh ketampanan sang dewa setuju untuk menikah dengan sang dewa. Pesta-pun berlangsung dengan meriahnya selama tujuh hari, tujuh malam.

***

Setelah mereka menikah, maka otomatis sifat kedewaan yang melekat pada diri mereka harus ditanggalkan dan harus menerima kenyataan untuk menjadi penghuni lapisan tengah (Banua Tonga) sesuai dengan petunjuk Sang Pencipta. Dengan sangat berat hati, Dewa Batara Guru memohon petunjuk kepada Sang Pencipta. Sang Pencipta memberikan titah, “Berilah tanah liat ini yang akan mereka bentuk menjadi landasan tempat mereka berpijak di atas samudera, yang nantinya kelak dinamai dengan bumi”.

Lalu Dewa Batara Guru memberikan tanah liat tersebut kepada mereka dan memberikan nasehat seperti yang diarahkan oleh Sang Pencipta. Maka putri Parujar dan Dewa Penjaga Bulan turun ke bawah dengan cara melemparkan turak berisikan gelondongan benang ke bawah, mereka bergelantungan diatas benang hingga kaki mereka menyentuh air.

Dewa Penjaga Bulan menempa sebidang pijakan dari sekepal tanah liat tersebut yang lama kelamaan meluas hingga membentuk daratan dan mereka hidup dengan sangat bahagianya.

***

Seiring berlalunya waktu, puteri Parujar-pun mengandung dan melahirkan sepasang anak lelaki, yah kembar lebih tepatnya dan menurut petunjuk oleh Batara Guru yang datang lewat mimpi kepada dewa penjaga bulan alias si Naga, kedua anak ini harus diberi nama si Rukun dan si Toler, karena mereka akan diproyeksikan menjadi penjaga perdamaian dan kerukunan di seluruh bumi ini dan perjuangan mereka tidak akan pernah habis alias berhenti selama bumi ini ada.

Saat puteri Parujar melahirkan, Dewa Batara Guru diam-diam juga mengirimkan telur burung yang nantinya akan menetas dan menemani si kembar kemanapun pergi, melindungi mereka dari ancaman para musuh-musuh mereka, kelak burung tersebut dinamai dengan Burung Garuda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline