Lihat ke Halaman Asli

Agus Subali

Penikmat keheningan.

Sahabatku Berjuang Melawan Kanker

Diperbarui: 13 April 2023   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bawah pohon kamboja inilah sahabatku dimakamkan. Dokpri

                                                                     

Benar dan memang benar. Apa yang terjadi terhadap manusia tidak bisa diramalkan. Tidak terprediksi. Tidak ada kepastian. Gelap. Lebih tepatnya  misterius!

-----

Cerita ini bisa menjadi alat gugah akan ketidaktetapan dan kerentanan saat menjalani hidup. Hidup mengajarkan banyak peristiwa yang tak terduga--dibanding sebuah kepastian. Lebih dominan ketidakpastiannya. Peristiwa yang terjadi selalu mengejutkan.

Saat sakit tiba-tiba mendera, lalu mengubah semua yang terencana. Atau saat bencana alam datang. Sekejap apa pun bisa terguncang. Dari bahagia menjadi duka lara. Bisa juga sebaliknya. Itulah kehidupan dan pernak-perniknya. Aku ada di dalamnya, kamu juga. Inilah dunia fana itu.

Sahabatku Sakit Kanker

Sahabatku adalah orang baik. Kelewat baik. Aku merasa mengenalnya lebih jauh. Teman bertukar pikiran yang mengesankan. Kami menjalin komunikasi, karena faktor sesama profesi. Pengajar. Sebagaimana saya tahu, beliau pribadi yang santun dan energik. Dirinya menjalani pola hidup sehat; suka berolahraga, serta menjaga asupan makanannya.

Aku ingin menjadikan pengalaman hidupnya sebagai objek berharga. Penghormatan terhadapnya. Buah dari intisari pertemanan yang mengakar kuat. Sebuah pelajaran tentang arti perjuangan. 

Saya yakin secara pribadi beliau tidak keberatan aku menulis tentangnya. Semoga.

Dua bulan yang lalu--Desember 2022--ada keinginan kuat untuk chat ke dia,"Bolehkah perjuanganmu menghadapi sakit saya tulis untuk  bahan renungan? Terutama untuk diriku sebagai sahabatmu?" 

Saat selesai mengetik, dan tinggal mengirim, rasanya ada sesuatu yang mengganjal. Dan itu berat. Aku bahkan tidak bisa menjelaskan beratnya di mana. Aku merasa itu tidak sopan. Pada akhirnya chat itu tak pernah terkirim. Saya hapus kembali. Berulang begitu. Dan itu menjadi penyesalan terbesarku. Saat ini. Saat menulis ini.

                                                                                                                                  ***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline