Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Merajut Kisah di Anyer #PesonaIndonesia

Diperbarui: 24 Desember 2016   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pantai Anyer (dokpri)"][/caption]

Kampung halaman saya yang daerah pegunungan, cenderung berhawa dingin sepanjang waktu. Pemandangan hijau sawah dan kebun, sudah menjadi bagian dari hidup keseharian. Sehingga bagi kami warga desa, biasa menikmati panorma pedesaan. Ibarat ikan sudah menyatu dengan air, sehingga tak merasakan kehadiran air. Kami yang berpadu dengan indahnya alam saban hari, sehingga menanggapi biasa-biasa saja.

Ketika kali pertama studi tour ke Pantai, menjadi saat yang begitu excited. Bagaimana tidak menyenangkan, bisa melihat hamparan pasir putih dan gulungan ombak yang memukau. Angin laut yang memainkan ujung rambut, binatang laut dan cangkang kerang berserakan. Semua tentu berbeda, dengan tempat saya tinggal di kampung. Maka sejak saat itu tak salah, pantai menjadi tempat favorit saya untuk berwisata. Pantai dengan segala kedahsyatan, begitu mendapat tempat di sudut hati.

Ketika masa kian jauh beranjak, usia memungkinkan membangun rumah tangga. Keluarga kecil kami tinggal di daerah pinggir Ibukota, tak jauh dari kediaman mertua dan saudara. Namun ada rumah satu kakak ipar beda kota, berada tak jauh dari daerah Anyer (tepatnya Cilegon). Maka menjadi alasan bagi kami (saya terutama), bisa berlibur ke pantai dan menginap di sana.

[caption caption="Dokumen Pribadi"]

[/caption]

Mengunjungi pantai bagi saya, sebagai sarana pelepas penat setelah berkegiatan. Saat itu istri baru hamil anak pertama, kami sempat menginap di villa pinggir pantai Anyer. Villa sederhana berdinding papan, rame rame kami isi tiga keluarga. Makananpun dimasak di rumah kakak ipar, sehingga lumayan menghemat. Saya bertekad tak mau melewatkan sedetikpun, demi memuaskan diri berada di pantai.

Saking girangnya saya tidak tidur semalaman, demi menikmati suasana laut di malam hari. Masih terpatri dalam benak, laut di pulau jawa terutama bagian selatan. Identik dengan kisah mistis seorang Putri, konon dianggap sebagai ratu penguasa kerjaan laut. Cerita yang beredar di masyarakat, tak sedikitpun menyiutkan nyali. Ketika memandangi deburan ombak, justru tak ada kesan seram jauh dari kesan mistis. Angin darat berhembus di malam hari, membuat saya tak kedinginan ketika berada di teras.

Saya melihat Pantai sebagai bagian penting, menjadi sumber kekayaan negri tercinta Indonesia. Dari dasar pantai pula, denyut nadi masyarakat sekitarnya terpertahankan. Ikan menjadi sumber perputaran ekonomi, tempat nelayan menggantungkan harapan hidupnya. Sepanjang kami menginap di Villa sederhana, beberapa penjual makanan laut menghampiri. Otak-otak ikan, sate ikan, sate kerang menjadi makanan yang ditawarkan. Belum lagi aneka permainan, seperti banana boat, sped boat dan lainnya menjadi sumber pendapatan juga.

-o-0-o-

Kunjungan ke pantai berikutnya dan berikutnya tetap terpelihara, sampai anak sulung kami lahir. Kebetulan selang tak berapa lama, istri dari kakak Ipar di Cilegon hamil anak kedua. Kami berkunjung menyambangi, dengan bawaan yang bertambah terutama barang bayi. Rombongan kami terdiri 3 keluarga, menginap di kediaman kakak ipar. Enak juga punya saudara di daerah Anyer, tak perlu repot mikir penginapan (hehee)

[caption caption="Puncak Menara Nol Kilometer (dokpri)"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline