Lihat ke Halaman Asli

Bekakak Menjadi Tradisi Masyarakat Gamping

Diperbarui: 9 Desember 2016   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semua masyarakat memiliki ciri khas tradisi tersendiri di wilayah masing-masing. Tak lupa juga dengan masyarakat Gamping. Ya, jika masyarakat Jakarta memiliki tradisi tradisional yang bernama ondel-ondel masyarakat gamping memiliki tradisi yang tak kalah keren dengan masyarakat di daerah Jakarta yaitu bekakak. Bekakak merupakan upacara adat masyarakat yang hingga kini masih diperingati oleh masyarakat di Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Bekakak berarti korban penyembelihan hewan atau manusia.

Manusia di sini dimaksudkan sebuah tiruan manusia yang berwujud sepasang pengantin yang terbuat dari tepung ketan dan diisi degan gula merah. Gula merah melambangkan darah yang mengalir dalam sepasang pengantin. Bekakak diperingati setiap setahun sekali yaitu pada bulan Safar. Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriah (Islam). 

Pada tahun ini, bekakak dilaksanakan pada tanggal 11 November 2016. Dalam tradisi bekakak ini, masyarakat  gamping selalu menyiapkan persembahan yang digiring dari lapangan delingsari hingga gunung gamping. Gunung Gamping merupakan identitas dari warga gamping yang masih dianggap sakral oleh masyarakat gamping. Maka dari itu, persembahan untuk penunggu gunung gamping, haruslah ada setiap bekakak dilaksanakan. Persembahan tersebut merupakan wujud terima kasih masyarakat gamping atas hasil bumi yang berlimpah kepada penunggu gunung gamping.

Hasil bumi oleh masyarakat gamping dibuat dan dibentuk tumpeng yang berukuran sedikit besar , lalu dihiasnya dengan sayuran-sayuran, buah-buahan yang dihasilkan dari panenan masyarakat gamping. Tumpeng itu digambar sebagai swasembada masyarakat gamping yang sudah mampu mencukupi kebutuhan masyarakat itu sendiri dengan bercocok tanam. 

Tak hanya tumpeng yang disiapkan oleh masyarakat Gamping , salah satu desa di Kecamatan Gamping, yaitu desa Gamping Kidul membuat ikon berupa orang-orangan yang berukuran besar dan biasanya disebut genderuwo. Ini yang membedakan bekakak dengan ondel-ondel yang ada di Jakarta. Jika ondel-ondel dibentuk menarik, justru bekakak sengaja dibuat tidak menarik agar terkesan menakutkan jika dilihat oleh penonton. Beberapa hari sebelum bekakak dilaksanakan, genderuwo tersebut disimpan di makam yang terletak di daerah Gamping Kidul.

Makam tersebut terletak di sebelah utara rumah si pembuat genderuwo. Nama pembuat genderuwo sebesar itu ialah Pak Tolo. Semua masyarakat sangat antusias jika bekakak dilaksanakan. Terbukti seperti bekakak yang dilaksanakan tanggal 11 Novcmber kemarin, walaupun hujan yang turun sangatlah deras masyarakat sudah bersiap-siap satu jam sebelum acara bekakak itu dimulai. Ribuan masyarakat Gamping dan sekitarnya memenuhi jalan dari lapangan delingsari hingga Gunung Gamping. Selama acara dimulai, para pegawai pemerintah di Kecamatan Gamping  mulai dari tingkat kecamatan hingga dusun juga ikut meramaikan acara tersebut. 

Para pegawai pemerintahan tersebut dikawal oleh puluhan prajurit yang berasal dari tempat dimana pegawai pemerintahan tersebut bekerja. Pegawai pemerintahan tesebut berdandan jawa dengan menaiki kereta kencana yang sudah dihias sedemikian rupa oleh masyarakat. Pegawai pemerintah berdandan seperti itu agar walupun mereka sudah mempunyai jabatan yang tinggi, namun mereka tidak melupakan pakaian adat di daerah mereka bekerja atau tinggal. Di sepanjang jalan petani yang membawa tumpeng berupa buah –buahan dan sayuran, membagi-bagikan juga untuk para warga yang sedang bergerombol di sepanjang jalan wates. 

Namun karena acara bekakak ini terlalu menutup jalan yang juga menjadi jalan antar provinsi ini, para pihak polisi dan keamanan selalu berjaga-jaga agar pelaksanaan bekakak dari awal hingga akhir berjalan dengan lancer dan para warga dapat menikmatinya dengan nyaman.  Seperti itulah suasana bekakak di daerah Gamping, jika di daerah Anda memiliki kesenian, rawatlah supaya tidak punah. Gonzha ( Universitas Sanata Dharma)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline