Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Ketika Anak Tunggal Putuskan Child Free

Diperbarui: 10 Februari 2023   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Child free pupus harapan seseorang menjadi kakek bagi cucu-cucunya dan putus garis keturunan keluarga | Sumber gambar: pixabay.com /colormesunny

Child free atau keputusan untuk tidak memiliki anak barangkali merupakan hak setiap pasangan. Akan tetapi, hal itu bisa jadi turut memupus harapan para orang tua dari pasangan tersebut untuk menimang cucu, mendapatkan status sebagai kakek dan nenek, serta melestarikan garis keturunan keluarga.

Sudah bukan hal yang asing manakala orang tua kita terkesan lebih memberi perhatian kepada cucunya (alias anak kita) ketimbang kita selaku anaknya sendiri. Ketika membicarakan tentang cucu ada kesan antusias dan semangat, sementara saat membahas tentang kita sebagai anak minatnya seperti biasa-biasa saja.

Kehadiran seorang cucu biasanya memang paling dinantikan oleh para orang tua yang telah menikahkan putra-putrinya. Bahkan, dalam kadar yang lebih ekstrem beberapa orang tua memberi tuntutan besar kepada anaknya agar lekas memiliki momongan.

Bagaimanapun juga keputusan untuk child free akan menghadirkan dampak kepada orang tua ataupun mertua dari pasangan suami istri tersebut. Terkecuali mungkin mereka sama-sama sudah tidak memiliki orang tua lengkap lagi, atau kalaupun masih ada orang tuanya tidak berharap memiliki cucu karena berbagai alasan atau menerapkan grand child free.

Lain halnya apabila orang tua ataupun mertua kita mendambakan kehadiran seorang cucu sebagai buah pernikahan anaknya. Keputusan untuk child free pasti akan sangat mengganggu keharmonisan rumah tangga. Atau setidaknya mengusik hubungan antara orang tua -- anak serta mertua -- menantu.

Bisa jadi orang tua kita akan menyalahkan pasangan kita sebagai menantunya, atau sebaliknya mertua yang menyalahkan kita. Syak wasangka bisa jadi saling ditimpakan satu sama lain. Melayangkan tudingan tentang siapa penyebab masalah dalam keluarga.

Disisi lain, seseorang yang sudah berumur dan telah menikahkan anak-anaknya pada umumnya memang mendambakan hari tua untuk melihat sosok cucu-cucu yang lucu. Yang berlarian kesana kemari dan menghiasi hari-hari di usia senja.

Pasangan-pasangan yang memproklamirkan dirinya hidup child free mungkin memamerkan keyakinannya bahwa orang tua ataupun mertua telah menerima keputusan yang mereka buat. Menurut saya, para orang tua yang berbesar hati melihat anak-anaknya mengambil jalan child free pastilah sudah terlebih dahulu memiliki cucu dari anak-anaknya yang lain.

Seandainya orang tua atau mertua kita hanya memiliki kita dan pasangan kita sebagai anak tunggal, maka bukan tidak mungkin keputusan child free tersebut akan mendapatkan tentangan keras. Bahkan bisa saja disertai ancaman-ancaman.

Sukar dibayangkan ada orang tua yang rela garis keturuannya punah oleh sebab anaknya yang sudah menikah enggan memiliki keturunan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline