Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Ketika Malas Menjadi Inspirasi di Era Digital

Diperbarui: 13 Maret 2019   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika rasa malas bisa mendatangkan peluang di era digital (Ilustrasi: www.newtimes.co.rw)

"Kak, ibu hari ini tidak masak. Kakak tolong pergi ke warung ya belikan nasi bungkus 4 porsi untuk ayah, ibu, kakak, dan adik. Untuk ayah, ibu, dan adik lauknya telor mata sapi semua ya. Kalau untuk kakak terserah mau lauk apa." Pinta seorang ibu kepada anak pertamanya. 

"Biar adik saja ya yang pergi ke warung, Bu. Kakak masih capek." Jawab sang anak dengan nada malas. 

"Tapi kan adik belum pulang dari les, Kak. Bisa kesorean nanti kalau tidak segera beli. Keburu ayah pulang." Ucapan sang ibu mau tidak mau memaksa si anak untuk beranjak dari tempat duduknya sembari bergumam pelan, "Males banget sih jalan kaki ke warung. Mana jalanan becek lagi. Seandainya saja ada orang yang bisa disuruh pergi ke warung... Mmmmhhh." 

Siapa sangka ternyata "harapan" dari sang anak itu saat ini telah benar-benar terwujud melalui layanan grab food ataupun go food. Bahkan lebih dari itu, transportasi bisa dipesan secara online, belanja barang-barang kebutuhan juga bisa dilakukan serupa, dan bahkan bersih-bersih rumah pun tidak perlu kita sendiri atau sosok pembantu rumah tangga untuk melakukannya karena ada layanan kebersihan freelance yang ditawarkan melalui aplikasi go clean

Kemalasan melakukan sesuatu mungkin adalah kesempatan untuk melahirkan kreativitas (Ilustrasi gambar : analynsalamanca.files.wordpress.com)

Kemalasan seseorang untuk melakukan sesuatu tidak dinyana telah menjadi inspirasi bagi lahirnya era baru dunia teknologi dan juga industri.

Para individu kreatif senantiasa melihat peluang dari setiap situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar maupun dalam kehidupan pribadinya sendiri. Setiap aktivitas yang bisa disederhanakan akan terus dicari langkah perbaikannya. 

Jikalau dahulu belanja barang-barang kebutuhan kita harus pergi ke toko atau supermarket, saat ini sudah ada lazada, bukalapak, tokopedia, dan masih banyak lagi aplikasi penyedia layanan belanja online

Belum lagi yang dijalankan oleh perorangan dengan jumlah yang bisa jadi lebih banyak dan bervariasi. Semua layanan ini ditujukan agar kita tidak perlu capek-capek lagi jalan keluar rumah berpanas-panasan, kehujanan, atau memarkir kendaraan. 

Cukup dengan duduk manis di rumah, mengklik barang-barang sesuai kebutuhan, dan pesanan kita segera meluncur ke destinasi tujuan. Mudah, praktis, dan cepat. 

Inovasi bisnis berbasis teknologi ini pada dasarnya memang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan mempraktiskan segenap aktivitas masyarakat dalam menunjang hidup sehari-harinya. 

Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa terkadang keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu seperti pergi ke keramaian pasar untuk berbelanja bahan-bahan kebutuhan atau pergi ke rumah makan untuk membeli makanan merupakan sebuah peluang lahirnya bisnis pelayanan yang menghadirkan solusi terkait keengganan seseorang tersebut. 

Jikalau semua orang menolak untuk malas melakukan perjalanan ke toko, pasar atau supermarket untuk berbelanja mungkin layanan bisnis seperti lazada, tokopedia, atau bukalapak tidak akan berkembang sepesat sekarang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline