Lihat ke Halaman Asli

Pemerintah Putus Asa Tangani Covid-19?

Diperbarui: 16 Mei 2020   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penumpang numpuk di Soetta. Foto:CNBC Indonesia

Pemerintah ternyata pusing sendiri dan terlihat panik menangani Covid-19. Hingga saat ini tidak ada yang bisa memastikan kapan Covid-19 akan hengkang dari Indonesia. Masyarakat dihinggapi ketakutan dan ketidakpastian.

Malapetaka ini terjadi akibat sikap pemerintah yang terlalu menganggap remeh Covid-19. Pemerintah begitu percaya diri bahwa Covid-19 tidak akan masuk ke Tanah Air. Namun, begitu virus mematikan itu benar-benar masuk, pemerintah tidak siap mengantisipasinya. Akibatnya, Covid-19 menyebar begitu cepat.

Ketidaksiapan dalam menghadapi Covid-19 menyebabkan kebijakan pemerintah menjadi tidak fokus, lamban, sering berubah-ubah, dan cenderung plin-plan. Jokowi tidak berani mengambil kebijakan lockdown, karena butuh dana besar. Pemerintah tidak punya duit untuk memberi makan rakyat.

Akhirnya, dibuatlah jalan tengah melalui keputusan yang "nanggung". Dimulai dengan kebijakan social distancing atau jaga jarak, lalu phisycal distancing, kemudian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Awalnya masyarakat diimbau tidak mudik, lalu berubah menjadi dibolehkan, namun diralat lagi. Mudik dilarang. Antara Menkes dan Menhub beda kebijakan. Menkes melarang ojek online (ojol) mengangkut penumpang. Sebaliknya, Menhub justru membolehkan.

PSBB pun tidak berlaku serempak. Bergantung pada kebutuhan masing-masing provinsi. Jika dirasa perlu, Gubernur bisa mengajukan permohonan pemberlakuan PSBB kepada Menteri Kesehatan.

Dengan PSBB, berbagai aktivitas se

rba dibatasi. Masyarakat diimbau untuk dirumah saja. Masyarakat dilarang mudik. Moda transportasi---selain sektor-sektor yang dikecualikan--dihentikan. Kebijakan PSBB ini pun memberikan konsekuensi yang signifikan. Perekonomian terpuruk, PHK di mana-mana.

Pada Kamis, 7 Mei 2020, Presiden Joko Widodo kembali membuat pernyataan yang membingungkan. Dia bilang "Kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan."

Apa yang dimaksud Jokowi dengan "berdamai"? Maksudnya adalah, selama wabah masih terus ada, masyarakat diminta untuk tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan. Masyarakat dipersilakan beraktivitas secara terbatas, tetapi harus disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan. Artinya, masyarakat harus tetap bisa produktif di tengah pandemi Covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline