Lihat ke Halaman Asli

Affa Esens

@affa_esens

Diantara Nikmat Batin yang Hakiki: Kemanfaatan Ilmu Walaupun Sedikit

Diperbarui: 1 Mei 2024   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abah K.H. Mohammad Idris Djamaluddin/dok.madrasah


"Peristiwa wisuda ini memang sesuatu yang harusnya kita syukuri. Karena merupakan satu kenikmatan dari Alah SWT". Begitu yang disampaikan Abah K.H. Mohammad Idris Djamaluddin dalam pembukaan sambutanya di acara Wisuda Purna Siswa Ke-9 Madrasah Fattah Hasyim (Jombang, 28 April 2024).

Nikmat itu ada yang berupa nikmat dhohir ada yang berupa nikmat bathin. Nikmat dhohir akan hilang, akan sirna. Tapi yang kekal abadi dan bermanfaat adalah nikmat bathin. Salah satu bagian dari nikmat bathin adalah mendapatkan ilmu yang manfaat.

"Kalau boleh saya sebutkan secara lengkap, nikmat bathin atau nikmat yang haqiqi itu ada empat, yaitu; mendapatkan rasa taqwa kepada Allah, mendapatkan ilmu yang manfaat, dikaruniai Allah untuk bisa beramal dengan ikhlas, dijemput oleh malaikat izroil dengan keadaan khusnul khotimah". Tambah Beliau.

Mengenai kemanfaatan ilmu, Abah Idris kemudian sedikit mengenang bahwa setiap kali Muwadda'ah Madrasah Muallimin-Muallimat, Beliau seringkali mendengar almaghfurlah almarhum KH. Sulthon Abdul Hadi berpesan kepada walisantri/walimurid untuk sama-sama mendo'akan anak-anak agar memiliki ilmu yang manfaat dan menjadi anak yang soleh. "Lulus atau prestasi itu hanya sebagian kecil saja dari keberhasilan. Keberhasilan yang sesungguhnya adalah kalau anak-anak kita memiliki ilmu yang manfaat," imbuh Beliau.

Hal ini selaras dengan pesan Ayah dari Abah Idris, almarhum almaghfurlah Romo KH. Moch. Djamaluddin Ahmad kepada santrinya, bahkan kepada putra-putrinya sendiri, "nak, Abah nggak pengen kamu jadi anak yang pinter-pinter. Tapi Abah kepingin kamu membawa ilmu yang manfaat".


Kisah Hebat Sahabat Pendosa Yang Berhasil Mengamalkan Satu Kalimat Dari Nabi

Abah K.H. Mohammad Idris Djamaluddin kemudian menceritakan suatu kisah yang terjadi pada Zaman Nabi, "dulu, zaman Rosulullah SAW, terdapat seorang sahabat yang punya pekerjaan tidak baik; ia suka mencuri. Suatu subuh dia datang ke masjid dan ikut jamaah bersama Nabi Muhammad SAW. Karena pekerjaannya seperti itu, maka ia datang ke masjid sambil memantau apakah ada sesuatu yang bisa ia curi. Jadi ceritanya ini ada satu sahabat yang belum bisa meninggalkan pekerjaan buruknya,"

Setelah jamaah sholat subuh, Kanjeng Nabi tidak langsung pulang. Tetapi beliau membalik badan dan kemudian menghadap jamaah lalu mengaji panjang sekali. Sepanjang apa yang disampaikan Nabi dalam pertemuan itu, yang diingat oleh sahabat satu ini hanya sebaris kalimat saja. Karena kalimat ini persis sekali dengan keadaan yang menimpa dirinya. Nabi bersabda: . Siapa yang bertekad meninggalkan harom, pasti akan mendapatkan rizqi yang halal. Karena berkaitan langsung dengan dirinya, kalimat itu jadi sangat melekat di dalam hatinya dan menjadi ilmu.

Sesampainya di rumah, sahabat tadi langsung mengamalkan ilmu itu. Makanan yang ada di seantero rumahnya tidak ia makan, sebab semua makanannya adalah hasil curian. Lantas dia menunggu janji itu, ia menunggu datangnya halal. Dia berfikir kalau meninggalkan haram, halalnya pasti akan datang secara langsung. Sampai satu hari, dua hari, ia tunggu sampai empat hari ternyata halal itu belum juga datang. Di hari kelima, ia tidak kuasa menahan lapar dan keluar untuk mencari sasaran lagi.

Setelah sekian waktu, kemudian ia menemukan satu rumah yang sangat besar. Ia kelilingi rumah itu, ternyata pintu belakang tidak terkunci. Sahabat tadi masuk lewat pintu belakang. Disana ia menemukan dapur yang sangat luas, ada pula meja yang sangat besar disana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline