Lihat ke Halaman Asli

AE Krisna

Pengajar

Harga Perak Meledak: Saatnya Masyarakat Indonesia Melirik Investasi di Luar Emas?

Diperbarui: 9 Oktober 2025   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: google)

Oleh: Andy Endra Krisna

Selama bertahun-tahun, emas menjadi primadona investasi logam mulia bagi masyarakat Indonesia. Namun, beberapa waktu terakhir, dunia investasi mulai digemparkan oleh kabar bahwa harga perak sedang "meledak". Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah perak bisa menjadi alternatif menarik dibanding emas?

Kenaikan harga perak bukanlah kebetulan semata. Beberapa faktor utama memengaruhinya, mulai dari meningkatnya permintaan industri teknologi dan energi terbarukan, hingga tren investor global yang mencari aset berharga dengan harga lebih terjangkau. Bahkan, tokoh keuangan dunia seperti Robert Kiyosaki turut memprediksi bahwa harga perak akan melambung tinggi pada tahun 2025.

Mengapa Perak Menarik?
Perak memiliki dua peran unik: sebagai logam mulia dan logam industri. Dalam dunia modern, perak digunakan dalam panel surya, kendaraan listrik, dan perangkat elektronik. Permintaan industri yang terus meningkat membuat nilai perak berpotensi naik seiring perkembangan teknologi. Selain itu, harga perak jauh lebih murah dibanding emas, menjadikannya lebih mudah dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah yang ingin mulai berinvestasi.

Namun, di balik peluang tersebut, volatilitas harga perak jauh lebih tinggi dibanding emas. Artinya, potensi keuntungan memang besar, tapi risiko kerugiannya juga tinggi. Inilah mengapa perak sering disebut sebagai aset "spekuaktif" dibanding emas yang lebih stabil.

Emas Tetap Unggul dalam Stabilitas
Emas tetap menjadi simbol kestabilan dan pelindung nilai (safe haven) di tengah krisis ekonomi. Saat inflasi meningkat atau pasar keuangan bergejolak, emas cenderung bertahan. Perak mungkin lebih cepat naik, tapi juga bisa lebih cepat turun. Oleh karena itu, keseimbangan menjadi kunci utama dalam berinvestasi logam mulia.

Diversifikasi dan Manajemen Risiko
Masyarakat Indonesia bisa belajar bahwa tidak ada investasi yang benar-benar tanpa risiko. Yang paling penting adalah memahami tujuan dan profil risiko masing-masing investor. Untuk pemula, membeli emas tetap menjadi langkah bijak. Namun bagi mereka yang ingin memperluas portofolio, perak bisa menjadi tambahan yang menarik dengan alokasi kecil, misalnya 10--20% dari total investasi logam mulia.

Selain itu, penting untuk selalu memperhatikan tren industri dan rasio emas--perak (gold-silver ratio). Jika harga emas terlalu tinggi sementara perak masih tertinggal, peluang perak untuk "mengejar" bisa menjadi alasan logis untuk berinvestasi di sana.

Kesimpulan
Ledakan harga perak adalah sinyal bahwa pasar logam mulia sedang mengalami pergeseran dinamika. Bagi masyarakat Indonesia, ini bukan berarti emas harus ditinggalkan, melainkan menjadi momentum untuk mengenal dan mempertimbangkan diversifikasi aset. Dalam manajemen keuangan yang sehat, keseimbangan antara stabilitas emas dan potensi pertumbuhan perak bisa menjadi strategi cerdas untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline