Lihat ke Halaman Asli

Adrian Chandra Faradhipta

TERVERIFIKASI

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Memupuk Rasa Persaudaraan Antar-tetangga

Diperbarui: 17 Juni 2019   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makan Bersama, Sumber: Dokumen Pribadi

Berapa banyak dari kita yang cukup mengenal tetangga kompleks ataupun satu RT dan RW kita? Berapa banyak dari kita yang lingkungan sekitarnya kerap mengadakan acara bersama untuk mempererat tali silaturahmi? Apakah tetangga kita memiliki jiwa kebersamaan dan gotong royong untuk saling menjaga dan membantu tetangga lainnya?

Di kota metropolitan yang memiliki ritme kerja dan mobilitas yang tinggi, jiwa kebersamaan dan gotong royong sesama warga semakin hari semakin langka kita temui. Sehingga friksi dan konflik antar-tetangga sering terjadi, padahal peranan tetangga yang dapat dianggap sebagai keluarga terdekat kita meski tidak memiliki hubungan darah lagsung adalah sangat penting keberadaannya. Karena mereka adalah orang-orang pertama yang paling mengenal kondisi dan lingkungan sekitar rumah kita. Bahkan mereka juga yang akan menjadi orang pertama yang dapat kita hubungi ketika ada hal mendesak/emergency terjadi.

Faktanya kerap kita temu di linimasa bahwa banyak tetangga yang berkonflik bahkan sampai ke meja hijau hanya karena masalah sepele semisal dedaunan pohon milik tetangga yang mengotori halaman kita, akses jalan yang ditutup oleh tetangga, kendaraan yang diparkir sembarangan menghalangi akses warga lainnya, dan lain sebagainya.

Saya sangat beruntung karena memiliki tetangga dan lingkungan kompleks yang kondusif dengan jiwa gotong royong dan kebersamaan yang tinggi. Banyak kegiatan yang sering kami lakukan secara bersama meski banyak dari kami memiliki pekerjaan di luar kota serta usaha yang tersebar di berbagai lokasi. Salah satunya yaitu budaya makan-makan bersama di kompleks kami untuk mempererat silaturahmi antar-warga yang dilakukan di Taman Surga (Tamsur) kami menyebutnya.

Pada momen-momen tertentu semisal munggahan sebelum puasa, halal bi halal, 17-an, dan lain sebagainya setiap rumah atau keluarga diminta berkontribusi untuk membuat makanan atau minuman untuk dibawa pada hari yang sudah disepakati. Untuk menghindari kesamaan menu makanan atau minuman Ibu-ibu berkoordinasi di grupnya.

Pada hari H, Bapak-bapak bahu membahu menyusun logistik acara semisal meja dan alas tempat duduk di Taman Surga sembari juga membawakan makanan dan minuman yang sudah disiapkan oleh Ibu-ibu. Bagian anak-anak adalah berkumpul dan bermain bersama, terutama bagi anak-anak yang seumuran dan generasinya sama.

Sumber: Dokumen Pribadi

Sumber: Dokumen Pribadi

Acara biasanya diisi dengan pengumumuman dan diskusi tentang hal-hal terkait kepentingan kompleks beserta dengan doa bersama, puncaknya adalah makan bersama-sama dengan menu-menu yang menggugah selera dan dijamin kebersihannya. Melalui kegiatan bersama ini banyak hal positif yang kami dapatkan selain juga mempererat rasa persaudaraan dan rasa gotong royong di antara para penghuni, terkadang tercetus juga ide bisnis atau ide brilian bersama semisal merencanakan jalan-jalan bersama, membuat bisnis dan membahas strategi bisnis, ataupun berbagi informasi tentang pola asuh serta pendidikan anak-anak kami. Tak jarang juga konflik dan friksi ringan antar-tetangga dapat terselesaikan dengan mudah hanya karena duduk dan makan bersama.

Kualitas diatas kuantitas nampaknya sangat penting dalam menguatkan rasa persaudaraan di antara penghuni kompleks/RT/RW. Tidak perlu terlalu sering, namun cukup dengan acara yang melibatkan peran seluruhnya yang berkesan dan sederhana tentu sangat efektif memperkuat hubungan antar-tetangga. Dengan begitu semua orang merasa berperan dalam menumbuhkan rasa persaudaraan antar-tetangga.

Selamat berkumpul bersama para tetangga.

Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Jibril terus menerus berwasiat kepadaku untuk berbuat baik terhadap tetangga, sampai-sampai aku mengira dia akan menjadikannya sebagai ahli waris". [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6014) dan Muslim (2624). Dikeluarkan pula oleh Al-Bukhari (6015) dan Muslim (2625) dari Ibnu Umar dengan sanad Shahih]

.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline