Lihat ke Halaman Asli

Adie Sachs

TERVERIFIKASI

Hanya Itu

Gerbang Gerbong Neraka Itu

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pintamu,
"Beri aku waktu..."
Katamu,
"Kita segera bertemu..."
"Tunggu aku selayak tamu," pesanmu
"Kau memang jagoanku," pujimu


Inilah Desember kelabu
Ketika waktu berhenti memburu
Menunggumu bukanlah soal waktu, tetapi kau tetap berlalu
"Berikan aku waktu," pintamu
Oh... Bukanlah aku empunya itu.


Adzan Dzuhur berkumandang Senin siang
Disambut dentuman laksana meriam dikejauhan
Nyaring... terbawa hembusan angin
Kejutkan sekitar diiringi teriakan


Gaduh...
Bersahutan...
Pilu... menyayat hati kemudian

Baru saja kau melambai
Hibur hati pujaan hati
"Kita segera bertemu," katamu
Untuk siapakah lambaian itu?

Kereta itu beradu diperlintasan
Tragedi Bintaro kembali terulan
Senin hari
Gerbong satu jadi gerbong neraka
Asap hitam membubung hadirkan kengerian

Di perlintasan maut itu kau berlalu
Diantara besi besi tangguh
"Tunggu aku selayak tamu," pesan terakhirmu
Untuk siapa pesan itu?

Gaduh...
Pilu...
Gerbong wanita gerbong nomor satu
Asap hitam..
Gerbang neraka!

Masinis itu terjepit tiada daya
Bersama rekannya... pergi selamanya
Tinggalkan putranya yang masih menyusu
"Kau memang jagoanku," pujimu saat terakhir bertemu


Pilu...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline