Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Menemukan "Mutiara Terpendam" di Big Bad Wolf 2017

Diperbarui: 28 April 2017   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suasana acara big bad wolf sewaktu saya mengunjunginya hari ini (sumber: dokumentasi pribadi)

Sewaktu menghadiri acara “Big Bad Wolf” di ICE BSD City, saya takjub melihat “lautan” buku yang terhampar di sepanjang hall yang luas. Beragam jenis buku, fiksi dan nonfiksi, disusun di atas meja yang diatur sedemikian rupa hingga memenuhi sudut-sudut ruangan, dan setiap pengunjung dari beragam umur terlihat sibuk memilah dan memilih buku yang akan dibelinya.

Pemandangan itu akhirnya “menjawab” rasa penasaran saya tentang pesta buku yang diadakan setahun sekali itu. Pada tahun lalu, saya absen mengunjungi pesta buku itu, dan hanya bisa membaca ulasannya di media elektronik.

Dari sejumlah artikel yang saya baca, saya kemudian mengetahui bahwa pesta buku itu ternyata menuai sukses besar. Makanya, pada tahun ini, panitia mengadakannya kembali di tempat yang sama dengan harapan bahwa acara kali ini akan sesukses tahun sebelumnya.

Hal itu kemudian “menggelitik” rasa ingin tahu saya, hingga akhirnya saya pergi mengunjunginya pada hari ini. Karena jaraknya yang jauh, saya memutuskan naik keretaapi.

Pada pukul sembilan pagi, saya berangkat dari Stasiun Bekasi. Kereta api yang melaju cepat kemudian mengantar saya ke Stasiun Manggarai. Dari stasiun itu, saya melanjutkan perjalanan ke Stasiun Tanahabang yang padat, lalu menaiki kereta ke Stasiun Cisauk, Serpong.

Sesampainya di Stasiun Cisauk, saya menyewa jasa Gojek ke ICE BSD City. Karena lokasinya terletak di hall 7-10, saya harus memutar cukup jauh sebelum akhirnya tiba di lokasi. Saya lalu berjalan menuju gerbang masuk yang terlihat sepi. Karena pergi pada hari kerja, saya berpikir hanya ada sedikit pengunjung yang datang.

tulisan big bad wolf yang terletak di depan pintu masuk (sumber: dokumentasi pribadi)

Namun, di luar dugaan, pikiran itu “terpatahkan” begitu saya memasuki hall dan menyaksikan ratusan orang di situ. Dari situ terlihat bahwa animo masyarakat terhadap pesta buku itu terbilang tinggi. Buktinya, pada hari biasa saja, orang yang berkunjung sudah banyak, apalagi pada hari libur, jumlahnya bisa-bisa berlipat ganda!

Bagi para pecinta buku, seperti saya, pesta buku itu bisa diibaratkan sebagai “surga kecil”, sebab di situ saya bisa memborong buku berkualitas dengan harga miring. Tak hanya dari penerbit lokal, di situ, saya juga menemukan buku-buku dari penerbit asing. Makanya, dengan membacanya, kita bisa lebih mengenal produk-produk budaya bangsa lain yang ikut dipamerkan.

buku-buku dari penerbit asing ikut membanjiri pesta buku ini (sumber: dokumentasi pribadi)

Untuk menemukan buku yang berkualitas, kita memang harus jeli, cermat, dan teliti, lantaran di situ terdapat ribuan judul buku. Ibarat mencari mutiara di lautan luas, kita harus menyusuri meja satu per satu dan memilah buku-buku yang tersusun di atasnya untuk menemukan buku yang diinginkan.

Makanya, bagi yang belum terbiasa, kegiatan itu bisa menyebabkan “mabok” buku. Kepala bisa pusing, napas tersengal-sengal, dan kaki pegal-pegal karena terlalu banyak bergerak ke sana-ke sini untuk mencari buku.

sejumlah pengunjung terlihat sibuk mendorong troli yang penuh dengan buku (sumber: dokumentasi pribadi)

Namun, bagi yang hobi membaca, seperti saya, hal itu sudah seperti sebuah olahraga. Oleh sebab itu, saya senang berjalan mengelilingi meja demi meja, “mengaduk” buku-buku yang tersusun, dan mendorong troli belanjaan. Hingga, tanpa terasa, sudah lebih dari satu setengah jam saya berkeliling memburu buku yang ingin dibeli!
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline