Lihat ke Halaman Asli

Adi Bermasa

TERVERIFIKASI

mengamati dan mencermati

Maksimalkan Kebangkitan Kereta Api di Sumatra Barat

Diperbarui: 27 Desember 2015   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintahan Presiden Joko Widodo tampaknya begitu serius mengembangkan transportasi perkeretaapian di Indonesia. Berita media pun sudah mengekspose sedemikian rupa. Tentu rakyat sangat berharap program tersebut jadi kenyataan.

Kalau Presiden Joko Widodo melemparkan gagasan pembangunan perkereta apian tersebut, tentu hasilnya secara bertahap bisa dinikmati rakyat juga pada era kepemimpinan Presiden Jokowi.

Namun, apakah gagasan mulia tersebut bisa jadi kenyataan di Papua, Sulawesi dan Kalimantan? Jawabnya, bisa. Kalau pemerintahan Jokowi serius. Khusus untuk Papua, yang direncanakan rute kereta api tersebut menghubungkan Monokwari dengan Jayapura, yang jaraknya luar biasa jauhnya. Tentu sesuai dengan perencanaan pembangunan yang dilakukan secara bertahap. Dimulai dulu dari Monokwari atau Jayapura, berlanjut ke kota terdekat, sesuai dengan anggaran tersedia. Begitu seterusnya. Hal demikian juga sama pelaksanaannya  di Sulawesi dan Kalimantan.

Bagi propinsi rintisan , Papua, Sulawesi dan Kalimantan, jelas sangat diharapkan nikmat berkereta api tersebut bisa dirasakan dalam waktu tidak begitu lama. Tentu, lebih cepat akan lebih baik. Bahkan masyarakat tidak menginginkan rencana itu hanya sebagai pelipur saja. Dan kalau itu yang terjadi, muaranya kredibilitas Presiden Joko Widodo jadi menurun. Jelas hal demikian tentu tidak diharapkan.

Khusus daerah yang selama ini sudah ada kereta apinya, tapi tidak dikelola dengan serius, jadilah pengembangan perkereta apian seperti 'hidup malas ,mati tidak mau'. Itulah yang terjadi di Sumatra Barat.

Untuk dimaklumi, perkeretaapian di Sumatra Barat sangat berjaya di era kompeni Belanda. Dimanfaatkan untuk angkutan penumpang dan barang eksport yang muaranya ke Telukbayur, berlanjut dikapalkan ke Eropa. Luar biasa mewahnya grup 'VOC' Belanda diatas penderitaan rakyat pribumi yang dikerja paksa menambang emas di Manggani Limapuluh Kota  serta pertambangan batubara di Sawahlunto. Belum lagi hasil bumi yang lain seperti cengkeh, pala,kopra dan banyak lagi yang lainnya.

Kereta api sungguh berkembang menggembirakan di era penjajahan tersebut dan terus berlanjut sampai ke era delapan puluhan.

Yang menggembirakan, dari suasana kereta api yang boleh dikatakan 'matisuri', barulah bangkit kembali di era Presiden Joko Widodo dengan Menteri Perhubungan Ignaitius Jonan. Terbukti, kereta api ke Bandara Minangkabau,  Insyaallah beroperasi diharapkan tahun 2016 yang segera akan datang. Begitu juga kereta api dari Padang ke Pariaman sudah lancar dua kali sehari, pulang pergi. Khusus musim liburan, luar biasa penikmat kereta api berwisata ke Pariaman,yang terkenal dengan pantainya yang mempesona serta kuliner ikannya yang menerbitkan selera makan.

Karena terbatasnya gerbong untuk penumpang ke Pariaman, sangat banyak masyarakat yang kecewa. Dan setiap keberangkatan, ratusan penumpang mengomel tidak terangkut, dan yang menjadi sasaran adalah jajaran petugas perkereta apian.

Sudah sangat layak rasanya penambahan gerbong penumpang untuk perkereta apian di Sumatra Barat ditambah jumlahnya.

Saat ini juga sedang giat- giatnya direhab jalan kereta api dari Lubuk Alung terus ke Padangpanjang, berlanjut ke Bukittinggi terus ke Payakumbuh. Sementara untuk jurusan Padangpanjang terus ke Solok, Sawahlunto dan Sijunjung dikhabarkan juga akan dibuka kembali trayek kereta api.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline