Lihat ke Halaman Asli

Adelia TriEka

Pengelana

Pada Akhirnya

Diperbarui: 9 Desember 2018   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : cartooncreative.com

By Succubus Ubus

Memuisikan hidup atas sebuah pecah

dan itukah kau, Tuan

sedangkan akulah penyair yang mendekap sepi

di jantung ungu 

lelah mengemis

memumpun rindu; terbata-bata

merebah tirus sebelum kepergiannya.

Dia kembali bergerak sesuai birama alam memulai kisah baru. Ada sebuah kelepasan, penjaga kesadaran untuk membicarakan indahnya dunia dalam tiap tetesan secangkir kopi. 

Pagi ini dia membuka lembaran baru dengan hawa murni. Menyapa langit biru yang tidak lagi pekat, bahkan lebih bercahaya. Sekumpulan kupu-kupu terbang bebas mencari mekarnya bunga. Sekawanan burung bebas terbang di angkasa dengan begitu riang. Juga sebuah taman, hari ini begitu banyak yang mengucapkan salam. Begitu banyak ruang yang mengepisodekan bahwa hari ini adalah kenikmatan yang paling indah.

Saat dia duduk di dekat pohon akasia. Datang Anomali. Dengan senyum manis di kedua pipinya. Kemudian membahasakan ingin yang lama di pendam dalam hati, sekian tahun lamanya. Anomali meminta dia untuk menjadi catatan jejak akhir hidupnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline