Lihat ke Halaman Asli

ADE IMAM JULIPAR

AutoCAD Trainer

Seks dan Kekuasaan

Diperbarui: 10 Maret 2018   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: global.liputan6.com

Sex merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan dasar lainnya seperti: makan, minum, istirahat, dan pendidikan. Ini dulu yang harus menjadi pemahaman awal. Menurut Maslow Kebutuhan dasar hal yang penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual. Penting untuk mempertahankan kebutuhan tersebut guna kelangsungan umat manusia.

Artinya, ketika salah satu kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi, secara otomatis akan mengakibatkan gangguan secara fisiologi maupun psikis. Akan terjadi penyimpangan perilaku. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis. Jadi, kalau salah satu kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi,  akan terganggu keseimbangan fisiologi maupun psikologis. Dan pada orang yang mengalaminya, akan terlihat dalam bentuk dan kadar berbeda. Tergantung apa dan siapa orang itu.

Mungkin penyimpangan ini tidak terlalu terlihat pada orang kebanyakan. Tapi tidak dengan orang yang menjadi public figure. Atau bahkan, pada seorang yang menjadi pemimpin atau penguasa. Karena laku tindaknya akan dipantau terus oleh banyak orang. Bahkan hal-hal yang sepele pun tak luput dari mata publik.

Nah, ketika penyimpangan perilaku ini terjadi pada seorang public figure, pemimpin, penguasa, atau tokoh ---baik lokal, nasional, maupun internasional --disinilah muncul teori-teori tentang sex dan kekuasaan.  

Ketika sex tidak lagi dianggap sebagai wacana di dalam ruang tidur tertutup. Dan ini dimulai berabad-abad tahun lalu oleh Vatsyayana, seorang filsuf Hindu yang menulis Kamasutra. Kamasutra telah menarik sex dari ruang private ke ruang publik.

Selain membahas tentang seks, buku ini memang menyimpan banyak kejutan. Ada beberapa bagian bab yang menjelaskan kewajiban seorang istri, tentang gaya hidup pria terhormat, wanita yang layak dan tak layak dijadikan istri, 64 ilmu yang harus dikuasai wanita, 64 cara bercinta, seni merayu, wanita penghibur, obat-obatan untuk meningkatkan gairah, dan sebagainya.

Ya, Kamasutra diperuntukan buat pria-pria terhormat ketika itu: Kaum bangsawan dan  ksatria.  Untuk para pesohor kala itu. Karena Vatsyayana sangat menyadari tanpa sex manusia akan punah. 

Padahal Tan Malaka belum lagi lahir. Hehehe. Mungkin kita masih ingat Tan Malaka pernah mengatakan : tanpa sex manusia akan punah. Seperti yang sering kita dengar dari salah seorang kawan kita yang dibeberapa kesempatan menyitir ucapan ini. Hanya untuk menunjukan betapa sangat pentingnya sex bagi keberlangsungan hidup manusia. Khususnya keberlangsungan hidup para penguasa.

Dengan kualitas sex yang baik, tentu akan berpengaruh juga terhadap cara berpikir seseorang. Apalagi sebagai seorang pemimpin, atau penguasa yang memikirkan negara dan rakyatnya.

Begitupun sebaliknya, dengan tiadanya sex, jangankan berfikir tentang negara, kebutuhan dasarnya juga belum terpenuhi. Sialnya, ada beberapa dari orang-orang yang tak terpenuhi kebutuhan sex-nya itu menduduki kursi  penguasa dan pemimpin. Sehingga perilaku menyimpang pun tercermin dari kebijakan yang dia buat.

Dari sini muncul sebuah istilah baru: Etika seksual. Bicara etika berarti berbicara mengenai baik atau buruk. Bukan bicara benar atau salah. Karena kalau muaranya benar atau salah kita masuk dalam wilayah logika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline