Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

Menguak Rahasia Jadi Penulis Profesional dan Andal

Diperbarui: 23 Maret 2018   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: www.umubanohotel.rw

MASYARAKAT tradisi cenderung mengenal budaya mendengar dan lisan ketimbang budaya membaca dan menulis. Sehingga dongeng yang dituturkan melalui lisan oleh orang tua zaman dahulu sangat memanjakan pendengaran anak-anak sebelum berangkat tidur. Namun seiring perkembangan zaman, budaya mendengar dan lisan mulai tergeser dengan budaya membaca dan menulis. 

Suatu budaya yang mencerminkan perilaku kehidupan masyarakat modern. Masyarakat yang lebih suka membaca dan menulis baik karya ilmiah (makalah, kertas kerja, tesis, skripsi, dan disertasi); artikel (opini, esai, dan berita); apresiasi dan kritik seni; naskah lakon (naskah drama atau scenario; resensi (buku, drama, dan film); puisi, prosa lirik, cerpen, maupun novel (cerita bersambung).  

Bagi masyarakat modern, membaca dianggap lebih efektif ketimbang mendengar sebagaimana yang lazim dilakukan masyarakat tradisi. Dalam membaca, seseorang akan mendapatkan informasi dan pengetahuan tanpa tergantung secara langsung kepada orang lain. Seorang pembaca akan merasa lebih merdeka ketimbang seorang pendengar. Dikarenakan, aktivitas tersebut dapat dilakukan sendiri. Kapan dan di mana saja. Dilakukan sambil tiduran. Dilakukan sambil duduk santai di teras rumah, di taman, di stasiun, atau di bandara; saat menunggu atau naik bus, kereta api, kapal, atau pesawat udara tanpa mengganggu kenyamanan orang lain.

Dalam menulis sebagaimana yang dilakukan para ilmuwan; pengamat politik, budaya, ekonomi, sosial; sastrawan (novelis, cerpenis, penyair); esais; dan para penulis pada umumnya dianggap lebih efektif di dalam menyampaikan gagasannya kepada banyak pembaca. Hal ini yang membedakan antara penulis dengan pendongeng yang hanya memiliki beberapa pendengar. Di samping itu, karya tulis dianggap lebih abadi ketimbang karya tutur yang hanya tercatat dalam ingatan seorang pendongeng tersebut.

Menulis dan Manfaatnya

Telah sekilas disinggung di muka, menulis merupakan salah satu cara untuk menyampaikan gagasan (ide) positif kepada publik atau masyarakat pembaca. Tentu saja, gagasan yang disampaikan melalui salah satu jenis tulisan tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal pengetahuan yang positif, inspiratif, dan rekreatif pada publik. Bukan sebaliknya, tulisan tersebut bersifat provokatif yang sarat unsur pornografi dan SARA (Suku-Agama-Ras).

Dengan menulis, seorang akan memertajam pisau intelektual dan rasa (sense)-nya. Karena seorang penulis selalu dituntut untuk membaca baik buku (sastra sinerat) yang digubah penulis lain maupun alam dan peristiwanya (sastra gumelar). Melalui kegiatan membaca sebagaimana yang diajarkan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, seorang penulis akan dapat berbagi pengalaman empirik serta pengetahuannya melalui karya tulis kepada orang lain. Dari sinilah, peran seorang penulis dapat disejajarkan dengan pewarta yang akan memberikan pencerahan kepada masyarakat.

Peran seorang penulis adalah sangat besar. Melalui karya-karyanya, seorang penulis turut aktif mencerdaskan bangsa. Di samping itu, seorang penulis turut memajukan perkembangan suatu negara. Sebab tanpa bangsa yang cerdas, negara akan tetap mengalami kemunduran. Bahkan tanpa bangsa yang cerdas, suatu negara akan menjadi sasaran empuk bagi kaum imperialis untuk mencengkeramkan cakar-cakar kekuasaannya.

Bagi seorang yang menjadikan kegiatan menulis sebagai profesi akan mendapatkan manfaatnya. Seorang penulis yang selalu aktif memublikasikan karya-karyanya ke media massa atau penerbit akan secara otomatis dapat menopang kebutuhan ekonominya. Karenanya jangan heran, bila banyak penulis profesional yang tinggal di negara maju akan dapat hidup dengan layak.

Memang, tidak menutup mata bahwa masih banyak penulis yang tinggal di negara terbelakang (sedang berkembang) belum mampu hidup dengan layak. Hal ini dikarenakan honorarium atau royalty yang didapat seorang penulis masih dibilang relatif rendah, selain masih dibebani pajak pendapatan. Sungguhpun demikian, seorang penulis profesional yang cerdas dalam membaca geliat zaman dan pasar niscaya akan mendapatkan peluang untuk mampu memenuhi kebutuhan ekonominya. Dengan demikian disimpulkan, bahwa kegiatan menulis di era modern dapat diidentikkan sebagai kegiatan ekonomi kreatif yang dapat membangun daya nalar dan memerbaiki nasib kehidupan penulis itu sendiri.

Apa yang Harus Ditulis

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline