Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Angkutan Kota Bus DAMRI di Jember

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kawan-kawan Jember yang masa remajanya ada di era 90-an pasti masih ingat dengan angkot yang satu ini. Bus DAMRI. Inilah angkot yang pernah menjadi favorit para pelajar di jamannya. Kali ini tiba-tiba saya ingin bernostalgia dengan angkot bermesin mercy ini.

Sekilas tentang sejarah DAMRI.

Pada 1943, pemerintah pendudukan Jepang membentuk dua perusahaan jawatan bernama Zidosha Sokyoku dan Jawa Unyu Zigyosha. Ketika Indonesia merdeka, dua armada darat tersebut diambil alih, dijadikan satu, dan berganti nama menjadi Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia (DAMRI). Keputusan tersebut dibentuk berdasarkan Maklumat Kementerian Perhubungan RI No.01/DAMRI/46 tanggal 25 Nopember 1946. Tugas utama DAMRI adalah menyelenggarakan angkutan penumpang dan barang di atas jalan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Keunikan DAMRI bisa kita lihat dari namanya yang masih menggunakan ejaan lama. Nama ini sengaja diabadikan sebagai brand mark dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Baiklah, kini saatnya saya bercerita tentang angkotan dalam kota bus DAMRI yang pernah menghiasi kota kecil Jember.

Dimulai dari sepenggal kisah kemarin..

Saya kaget ketika ada seorang lelaki sepuh tersenyum ke arah saya. Wajahnya familiar, hanya saja saya tidak tahu namanya. Lama saya mengingatnya. Lalu.. Ya ya, saya ingat sekarang. Beliau adalah sopir bus DAMRI Jember di jaman saya sekolah dulu.

Senyum Bapak tersebut ibarat sebuah gembok yang membuka pintu bernama kenangan. Saat itu tiket angkot bus untuk pelajar (berwarna hijau) masih 50 rupiah, lalu 'mundak' menjadi 100 rupiah. Sesaat setelah EBTANAS SMA, tiket bus DAMRI menjadi 200 rupiah, sedangkan untuk umum (yang tiketnya berwarna kuning) dipatok dengan harga dua kali lipatnya. Kenaikan tarif terjadi pada bulan April - Mei 98, di musim krismon.

Haha.. Saya jadi ingat masa-masa ketika menanti Bus DAMRI letter A atau B dari Bayangkhara - Jember menuju terminal Arjasa. Biasanya saya duduk-duduk dulu di warung seberang kantor Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.

Di saat bus DAMRI datang, saya selalu menempati posisi favorit, yaitu berdiri di pintu belakang. Ketika wajah saya yang tak seberapa tampan ini tertiup angin, ah alangkah nikmatnya.

Selain letter A dan B, ada juga bus DAMRI letter D, yang memiliki trayek dari Terminal Tawang Alun menuju Terminal Pakusari. Pernah juga dilakukan terobosan baru, letter AT, untuk mengantisipasi kebutuhan pelajar STM Negeri Jember. Sayangnya letter AT hanya beroperasi di pagi dan siang hari, dan tidak berlangsung lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline