Lihat ke Halaman Asli

Abu Tajir

Bakul buku

Rajin Ibadah tapi Munafik, Kok Bisa? (Tafsir Surat Al-Maun) | Buya Hamka

Diperbarui: 7 April 2021   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1- Tahukah engkau, siapakah orang yang mendustakan agama?

2- Itulah orang yang menolakkan anak yatim

3- Dan tidak mengajak atas memberi makan orang miskin

4- Maka kecelakaan akan didapati oleh orang-orang sembahyang

5- Yang mereka itu dari shalatnya, adalah lalai

6- Orang-orang yang riya'

7- Dan menghalangi akan memberikan sebarang pertolongan

Tahukah engkau"- hai Utusan Kami- "Siapakah orang yang mendustakan agama" (ayat 1).

Sebagai juga terdapat dalam ayat-ayat yang lain, bilamana Tuhan memulainya dengan pertanyaan, adalah berarti menyuruh kepada RasulNya agar ini diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Karena kalau hal ini tidak dijelaskan berupa pertanyaan seperti ini, akan disangka orang bahwa mendustakan agama ialah semata-mata karena menyatakan tidak mau percaya kepada Agama Islam. Dan kalau orang sudah sembahyang, sudah puasa, dia tidak lagi mendustakan agama. Maka dengan ayat ini dijelaskanlah bahwa mendustakan agama yang hebat sekali ialah; dijelaskanlah bahwa mendustakan agama yang hebat sekali ialah; "Itulah orang yang menolakkan anak yatim" (ayat 2). Di dalam ayat tertulis yadu'-'u (dengan tasydid), artinya yang asal ialah menolak. Yaitu menolakkannya dengan tangan bila dia mendekat.

Permakaian kata Yadu'-'u yang kita artikan dengan menolakkan itu adalah membayangkan kebencian yang sangat. Rasa tidak senang, rasa jijik dan tidak boleh mendekat. Kalau dia mencoba mendekat ditolakkan, biar dia jatuh tersungkur. Nampaklah maksud ayat bahwa orang yang membenci anak yatim adalah orang yang mendustakan agama. Walaupun dia beribadat. Karena rasa benci, rasa sombong dan bakhil tidak boleh ada di dalam jiwa seorang yang mengaku beragama.

"Dan tidak mengajak atas memberi makan orang miskin" (ayat 3). Dalam bahasa Melayu yang terpakai di Malaysia disebut menggalakkan. Dia tidak mau menggalakan orang supaya memberi makan orang miskin. Dilahapnya sendiri saja, dengan tidak memikirkan orang miskin. Atau tidak dididiknya anak isterinya supaya menyediakan makanan bagi orang miskin itu jika mereka datang meminta bantuan makanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline