Lihat ke Halaman Asli

Sabri Leurima

Ciputat, Indonesia

Pejuang Mantatenu

Diperbarui: 2 September 2019   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Arumbai, Ambon ( Gambar diambil dari Ig wiliamwongso)

Kukuruyu...
Kukuruyu...
Kukuruyu...

Suara kokok ayam jantang telah membangunkan pagi dari keheningan malamnya. Pertanda hari ini telah mulai dan hari kemarin telah berlalu.

Belum terdengar beduk subuh. Hasna telah bangun meninggalkan kasurnya dan menyiapkan tas belanjaan yang akan di bawa nanti ke pasar.

Hanya dengan segelas teh manis hangat, ia bekali perutnya dan menuju pasar Arumbai dengan menaiki mobil angkut bersama para jibu-jibu (penjual ikan) yang lain.

Setiba di pasar, tradisinya tidak pernah hilang dari kesunyian dan teriakan. Proses tawar menawar kian menjadikan heningnya pagi kini penuh dengan obrolan nilai ekonomi.

Saya menyebut Hasna dan beberapa jibu-jibu lainnya dengan sebutan Pejuang Mantatenu( awal pagi ). Jelas, sebutan ini pantas bagi mereka yang bergerak mencari hidup ketika para suami masih tertidur pulas di atas kasur.

Mereka bagaikan pejuang demi menghidupkan keluarga dari derita kehidupan. Terlebihnya tak ada super hero yang sehebat mereka. Piki saya seperti itu.

Di pasar, Hasna membeli sebakul ikan dan sekantung sayur-mayur. Hasil belanjaannya akan ia jual lagi di kampungnya dengan cara berkeliling.

Rutinitas paginya seperti itu. Kepasar belanja kemudian hasil belanjaannya akan dijual keliling lagi dikampung.

Apa yang menjadi konsentrasi Hasna adalah bagaimana kemudian yang ia lakukan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya dan dapat menyelesaikan masa studi anak semata wayangnya, Harun dari surganya universitas.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline