Lihat ke Halaman Asli

Abdul Majid Hariadi

Guru, Penulis, Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak

Nasib Indonesia Setelah Penundaan Piala Thomas dan Uber 2020

Diperbarui: 17 September 2020   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piala Thomas dan Uber tahun 2020 diundur karena situasi pandemi yang belum mereda. (Foto: BWF Official)

Putaran final Piala Thomas dan Uber 2020 dipastikan diundur. Gelaran yang rencananya diadakan di Aarhus, Denmark pada 3-11 Oktober 2020 batal digelar sesuai dengan rencana karena ada beberapa negara peserta yang memastikan mengundurkan diri.

Rencananya ajang itu akan digelar usai pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020 tahun depan. Meskipun kapan waktu pastinya belum ditentukan.

Dalam sidang virtual darurat Badminton World Federation (BWF) atau Federasi Bulu Tangkis Dunia, mayoritas peserta menyatakan setuju turnamen itu diundur. Penundaan itu dilakukan untuk kedua kali setelah yang pertama dijadwalkan pada 16-24 Mei 2020. Karena pandemi akhirnya ditunda 3-11 Oktober 2020. Dan sekarang ditunda lagi.

Dalam pernyataan resminya BWF mengatakan "Setelah melakukan diskusi panjang dengan pemangku kepentingan utama, mitra komersial, dan para anggota, telah disadari bahwa kami tidak dalam posisi memberikan tingkat persaingan yang diharapkan wajar oleh para fans dan semua yang terkait (Jawa pos, 16-9-2020).

Mundurnya Indonesia dari ajang Piala Thomas dan Uber menjadi pukulan telak bagi BWF. Kejuaraan bulu tangkis beregu dua tahunan tersebut kehilangan legitimasi setelah Indonesia menyatakan mundur. 

Ketidakhadiran Indonesia sebagai unggulan pertama Piala Thomas diyakini dapat menurunkan kualitas turnamen. Apalagi dikabarkan sponsor turnamen mensyaratkan ajang itu dapat digelar jika diikuti oleh 3 tim teratas dunia.

Indonesia menyusul 4 negara yang sebelumnya juga mengundurkan diri, yaitu Thailand, Australia, Korea Selatan, dan Taiwan.

Kebijakan itu diambil oleh jajaran pimpinan PBSI karena beberapa alasan. Pertama, persebaran Covid-19 di berbagai negara masih sangat tinggi. Termasuk di Indonesia. Kedua, para atlet merasa tidak aman dan khawatir akan terpapar Covid-19. Ketiga, tidak ada jaminan rasa aman dan penanganan kesehatan dari BWF jika tim Indonesia tetap berpartisipasi.

Kondisi ini sangat rawan bagi pemain dan ofisial pada saat perjalanan, transit, dan pertandingan.

Itulah keputusan terbaik yang diambil oleh PBSI. Kesehatan pemain dan ofisial adalah hal utama. Buat apa ikut tetapi disertai dengan berbagai keraguan. Kondisi pandemi membutuhkan keputusan yang tegas, fokus, dan tidak ragu-ragu.

Secara peluang, Indonesia sebenarnya memiliki kans besar untuk meraih Piala Thomas. Persiapan secara matang telah dilakukan. Simulasi dan home tournament menjadi program PBSI untuk meraih prestasi maksimal. Bisa dibilang tahun ini sebenarnya menjadi momen terbaik untuk mengembalikan Piala Thomas ke Indonesia setelah kali terakhir diraih 2002. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline