Lihat ke Halaman Asli

Abby Crisma

Hamba Allah Biasa | Anak'e Ibu | Citizens

Pindang Bandeng, Sajian Imlek yang Nikmat Hasil Akulturasi Betawi-Tionghoa

Diperbarui: 19 Januari 2023   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pindang Bandeng Khas Betawi (Source: Sc Youtube Dapur Menur)

Pindang Bandeng, kuliner Nusantara yang lezat, yang penuh akan sejarah, filosofi, dan tradisi masyarakat lokal 

Akulturasi pada Pindang Bandeng, antara Betawi dan Tionghoa.

Menurut Koentjaraningrat (1990), akulturasi merupakan proses sosial yang timbul ketika sebuah kelompok masyarakat dengan suatu komunitas budaya tertentu, yang dihadapkan dengan unsur-unsur budaya asing sedemikian rupa sehingga unsur dari budaya asing tersebut secara perlahan dapat diterima dan diolah menjadi budaya sendiri tanpa menyebabkan kehilangan budaya lokal itu sendiri (Koentjaraningrat, 1990). 

Secara sederhana, akulturasi didefinisikan sebagai proses seleksi unsur budaya asing oleh penduduk lokal untuk dilibatkan dalam budaya mereka, hingga berkembang menjadi budaya lokal yang baru. Proses penyerapan yang selektif dan penolakan beberapa unsur budaya asing yang terjadi dalam kurun waktu relatif lama, menyebabkan perubahan kebudayaan hasil akulturasi masih menyimpan unsur budaya lokal yang asli.  

Perihal Pindang Bandeng, sebenarnya kuliner ini bukan lah menu baru di Indonesia. Bagi masyarakat Betawi, kuliner berbahan dasar ikan bandeng ini sangat digemari dan menjadi menu favorit harian, demikian juga ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.

Kuliner ini memiliki sejarah yang cukup panjang, bahkan budaya Tionghoa dilaporkan juga ikut berperan dalam perkembangan cita rasa kuliner ini selama perjalanannya. Memang, dalam tradisi masyarakat Tionghoa yang tinggal di Indonesia, ikan bandeng seringkali disajikan saat perayaan Tahun Baru Imlek 

Para Tionghoa Jakarta dilaporkan menyerap ikan bandeng dari budaya Betawi sejak abad ke-17. Selama perayaan tahun baru Imlek, tidak hanya etnis Tionghoa saja yang ramai menyambut perayaan tersebut, namun masyarakat Betawi pun demikian. 

Hal tersebut ditunjukkan dengan penyebutan "Lebaran China" sebagai nama lain Imlek oleh masyarakat Betawi, yang mana mengisyaratkan adanya penerimaan masyarakat lokal terhadap budaya Imlek itu sendiri. Bahkan tidak sedikit dari mereka ikut mencari hidangan ketika bertepatan dengan perayaan tersebut. 

Lalu mengapa yang dipilih ikan bandeng, sedangkan di negeri Cina ikan bandeng tidak lazim digunakan sebagai sajian Imlek. Mungkin masih banyak dari kita bertanya-tanya.

Menurut Rudi dari Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), alasannya karena hanya bandeng yang dapat hidup dengan mudah di perairan pantai Jakarta. Oleh sebab itu, ikan bandeng dijadikan 'bahan alternatif'oleh masyarakat Tionghoa untuk menciptakan kuliner yang selaras dengan budaya Betawi, guna merayakan tahun baru mereka. 

Meskipun begitu, dewasa ini sudah banyak nelayan pembudidaya ikan bandeng yang kemudian menjual ikan mereka pada periode Tahun Baru Imlek. Itu mengapa banyak ditemukan masakan Pindang Bandeng dengan ikan yang berukuran lebih besar. 

Filosofi Ikan Bandeng oleh Masyarakat Tionghoa

Milkfish (Wokephoto17 via Getty Images)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline