Lihat ke Halaman Asli

"Blusukan" Penutup di Ranah Dewa-Dewi (Dieng)

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1410415277718820166

Kisah perjalanan Long Trip Lebaran 2014 (24 Juli–5 Agustus 2014): Jakarta-Purwokerto-Wonosobo-Dieng-Jogja-Probolinggo-Bromo-Rakum-Malang-Bandung-Jakarta

[caption id="attachment_342143" align="aligncenter" width="515" caption="Pesona Telaga Warna – Dieng "][/caption]

Story sebelumnya disini

Telaga Warna

Matahari sudah mulai tampak sedikit menukik turun dan bersiap diri untuk kembali keperaduannya . Dinginnya Dataran Tinggi Dieng perlahan mulai menusuk sanubari dan merorongrong ke dalam kebekuan tulang-tulang. Kebulan dan gumpalan-gumpalan asap / kabut pun semakin banyak tampak mengebul dari mulut ketika kata demi kata terus saya ucapkan. Tapi, walaupun begitu untuk hari ini saya belum puas . Masih ada beberapa jam lagi sampai sang surya benar-benar tenggelam dan kebekuan Dieng mendekat dan menyapa.

Destinasi berikutnya adalah sebuah telaga yang memiliki keunikan fenomena alam, yang mana warna air dari telaga ini sering berubah-ubah berwarna-warni seperti pelangi.

Ya … dialah si Telaga Warna

Telaga yang  mengandung unsur sulfur yang cukup tinggi ini memiliki udara yang bersih dan sejuk yang membuat suasana Telaga Warna Dieng sangat memikat perhatian para pelancong. Harmonisasi alamnya bersatu padu dalam jiwa bagi setiap pengunjung yang menikmati keindahannya.

[caption id="attachment_342144" align="aligncenter" width="515" caption="Moment terindah diabadikan dalam pesona sunset cantik"]

14104153761491513511

[/caption]

[caption id="attachment_342145" align="aligncenter" width="515" caption="Keunikan fenomena alam, warna air Telaga Warna"]

14104154302144891832

[/caption]

Mengitari telaga ini adalah suatu kepuasaan tersendiri bagi para wisatawan. Tapi ada satu hal menarik lainnya lagi yang dapat dipelajari di kawasan telaga ini. Mas Ipin mengajak saya untuk juga dapat merasakan sedikit nuansa ‘mistis’ sore itu. Dalam hening kabut putih dan pepohonan yang rindang kami menuju ke beberapa gua yang terdapat disekitar telaga.

Menelusuri jalan setapak yang hijau dan ditemani nyiur-nyiur pepohonan dan suara merdu burung-burung kecil membawa kami ke kawasan gua untuk dapat mengenal lebih dekat sejarah-sejarah terdahulu dari masing-masing tempat disini.  Seperti Gua pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati yaitu Gua Semar yang di depannya terdapat sebuah arca wanita dengan membawa kendi. Sebelumnya kita akan disambut terlebih dahulu oleh sebuah batu besar yang dikenal dengan nama Batu Tulis (Batu Tulis Eyang Purbo Waseso). Dan disinipun kita dapat mempelajari / membaca sejarah dari masing-masing penamaan lokasi-lokasi disini. Tidak hanya 2 spot tersebut tapi masih banyak lainnya gua-gua yang terdapat disini seperti Gua Jaran (Gua Jaran Resi Kendaliseto) dan Gua Sumur Eyang Kumalasari. Gua – gua ini masih sering dijadikan sebagai tempat meditasi, bahkan di depan Gua Jaran saya dapat melihat sisa-sisa sesembahan yang masih baru , yang ditinggalkan oleh para pendo’a. Melihat begitu banyaknya daya tarik Telaga Warna, patutlah dia memberikan harga tiket masuk berbeda dari objek lainnya di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. HTM 8.000 rupiah + Rp 3.000 parkir belum apa-apa dibanding dengan kekayaan sejarah dan pesona yang ditawarkan.

[caption id="attachment_342149" align="aligncenter" width="515" caption="Pepohonan rindang menuju beberapa gua disekitar telaga"]

14104155141324858113

[/caption]

[caption id="attachment_342150" align="aligncenter" width="515" caption="Gua pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati - Gua Semar"]

1410415575897668324

[/caption]

[caption id="attachment_342151" align="aligncenter" width="515" caption="Salah satu sisi dalam goa"]

14104156232126921296

[/caption]

Sebenarnya waktu yang paling tepat untuk mengunjungi Telaga Warna adalah pada saat pagi atau siang hari. Karena pada sore hari kabut akan sedikit tebal dan menutupi daerah sekitar telaga. Tetapi dibalik itu semua, saya sangat bersyukur diberi kesempatan untuk berkungjung kesini di sore hari karena pada saat itulah moment terindah di hari pertama saya di Dieng diabadikan dalam pesona sunset cantik, yang saya jumpai di salah satu sudut Telaga Warna. Tidak di pungkiri lagi, disaat-saat inilah saya kembali menenangkan diri dan rehat untuk beberapa saat sembari menikmati kemilau jingga sang petang dan berucap syukur pada Sang Penguasa Alam.

[caption id="attachment_342152" align="aligncenter" width="515" caption="Rehat sejenak sembari menikmati kemilau jingga sang petang"]

14104156921733383772

[/caption]

Telaga Pengilon

Walupun berada satu lokasi dengan Telaga Warna, tetapi Pengilon mempunyai ciri khas tersendiri untuk memanjakan penikmatnya. Diakses dengan jalan setapak di tengah rawa kecil dari Telaga Warna dan ditemani barisan pohon akasia membuat sore saya kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Meskipun Pengilon memiliki ukuran yang lebih kecil dan  bertetanggaan langsung dengan si Warna yang memiliki kadar belerang yang tinggi dan hanya dipisahkan oleh rerumputan, tetapi air telaga ini sangat jauh berbeda dari warna telaga tetangganya. Air Telaga Pengilon tidak mengandung belerang sama sekali, karena itu jadilah dia berwarna bening dan jernih. Konon karena kejernihannya tersebut berbentuk cermin yang dalam bahasa setempat disebut “Pengilon” .

[caption id="attachment_342153" align="aligncenter" width="515" caption="Rawa kecil menuju Pengilon"]

1410415759182825995

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline