Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Teroris, Bacalah Kisah Emmy Saelan dan Wolter Mongisidi

Diperbarui: 1 April 2021   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Olah Pribadi

Bom bunuh diri. Tiga kata itu masih lekat dalam ingatan. Peristiwa mengerikan terjadi beberapa hari lalu. Minggu, 28 Maret 2021. Pelakunya masih muda. Pengantin baru pula. Mereka bunuh diri di pintu gerbang Gereja Katedral Makassar.

Tiga hari kemudian, Rabu (31/3/2021), seorang perempuan beraksi. Ia lontarkan peluru di Mabes Polri. Sungguh tindakan penuh nyali. Bagai sudah hilang akal dan hati nurani. Benar-benar cari mati. Dalam sebuah video pendek yang beredar lepas di media sosial, ia terkapar. Mati.

Pasangan pengantin baru di Makassar sama-sama tewas dimakan bom sendiri. Pelaku teror di Mabes Polri mengalami nasib berbeda. Jika yang perempuan diberondong peluru, yang laki-laki terhenti dibekuk polisi. Persamaan pelaku: sama-sama masih muda.

Alangkah menyedihkan. Mereka masih muda. Mereka terjebak ambisi semu, terbuai iming-iming surga, lalu terpikat mencelakai orang lain. Mula-mula terbujuk geng teroris berkedok kelompok kajian, kemudian terperangkap doktrin mengerikan: darah orang lain halal.

Sangat disayangkan. Mereka mati muda, tetapi sia-sia. Andaikan mereka menyempatkan waktu, beberapa jenak saja, membaca kisah anak-anak muda melawan Belanda, mereka mungkin akan berpikir panjang untuk menghabisi nyawa sendiri.

Alih-alih suci, otak mereka yang sudah “dicuci” malah terkotori oleh niat jahat.

***

Salmah Suhartini Saelan namanya. Ia masyhur dengan nama Emmy Saelan. Basse Daeng Kebo’, begitu ia disapa oleh teman-teman seperjuangan. Dari penjajah Belanda, ia menerima sebutan khusus: Onrutstoker alias Si Pembuat Onar.

Emmy lahir pada 15 Oktober 1924 di sebuah kampung di Desa Malangke, Luwu, Sulawesi Selatan. Putri sulung dari pasangan Amin Saelan dan Sukamti itu mati muda. Baru 23 tahun. Ia gugur pada 23 Januari 1947 saat berperang melawan tentara Belanda.

Sinansari Ecip menceritakan kisah Emmy Saelan lewat Jejak Kaki Wolter Mongisidi. Kala itu, pukul 10 pagi, ratusan serdadu KNIL menyerbu markas gerilyawan di Kassi-Kassi. Mereka tiba bersama kendaraan lapis baja.

Gerilyawan terdesak. Wolter Mongisidi memerintahkan pasukannya agar segera mundur. Emmy terus memberondong musuh. Satu demi satu rekannya tumbang. Ia terdesak. Ia melontarkan sebuah granat ke arah tentara Belanda. Granat itu meledak dan menerpa tubuhnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline