Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Menyusur 4 Rahasia "Slide" Presentasi yang Mengesankan

Diperbarui: 16 Juli 2021   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Olah Pribadi

Siapa yang belakangan ini akrab dengan "slide" PowerPoint? Siapa yang selama ini sering mamakai "slide" PowerPoint untuk menerangkan, menguraikan, atau menjelaskan sesuatu? Silakan angkat tangan atau sekalian tunggu pertanyaan terakhir. Siapa yang sering membuat "slide" dengan prinsip asal kelar?

Hening. Senyap. Batal mengacungkan telunjuk. Tidak apa-apa. Dalam hal kekurangan, biasanya tiap manusia mengaku di dalam hati. Tidak banyak orang yang berani mengakui kekurangannya secara terang-terangan atau terbuka.

Dulu tidak banyak orang yang merasa wajib menggunakan PowerPoint saat presentasi. Pembicara, peneliti, dan pebisnis kerap memakai PowerPoint. Sekarang tidak lagi. Guru juga sudah banyak yang mengulik PowerPoint.

Meski begitu, tidak sedikit pula pengguna yang membuat "slide" asal jadi. Prinsip yang dianut amat diyakini kesaktiannya adalah "yang penting ada" atau "yang penting jadi". Biasanya penganut prinsip sedemikian tidak peduli pada esensi auditori, kinestetik, dan visual.

Itu dulu. Sekarang masih sama. Eh, maksud saya, masih ada yang berprinsip begitu sekalipun tidak sebanyak dulu. Nah, kali ini saya akan berkoar-koar tenang bagaimana merancang salindia atau slide agar lebih mengesankan dan menyenangkan.

Biar terkesan pintar, berikut saya pajangkan sebuah infografis.

Dokumen Olah Pribadi

Merujuk pada infografis di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa slide, selanjutnya saya gunakan salindia, sebenarnya kurang elok jika diperlakukan asal-asalan. Selain tidak sedap dipandang, juga tidak memikat hati. Akhirnya, kesan hambar akan muncul di benak pembaca.

Rahasia pertama adalah memastikan tujuan

Apa sebenarnya yang ingin Anda sampaikan? Itulah intinya. Ingat, PowerPoint berarti "poin kuat" dari apa yang hendak Anda paparkan. Dengan begitu, tidak usah seperti menulis prosa pada selembar salindia.

Saya sendiri apabila mengisi pelatihan selalu mempertanyakan dua hal berikut.

Dokumen Olah Pribadi

Apa yang akan saya sampaikan berhubungan erat dengan bagaimana saya menyampaikannya. Jadi, pokok-pokok ulasan saya cantumkan dalam salindia. Cukup yang penting saja. Kalaupun ada poin tertentu yang mesti dijabarkan, biasanya saya memakai dua hingga delapan kata.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline