Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Fatuk Troman dan Budaya Materi pada Suku Tetum di Kabupaten Belu, Provinsi NTT

Diperbarui: 25 Agustus 2021   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suku tetum di Kabupaten Belu-Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)  sudah memiliki budaya materi yang kokoh. Dalam hubungannya dengan kepercayaan, terdapat "fatuk troman" sebagai budaya materi yang berpusat di sebuah tempat di tengah kebun. Pada bagian tengah kebun terdapat tumpukan altar batu ini. Fatuk troman adalah altar yang terbuat dari tumpukan batu di tengah kebun orang tetum, tempat manusia (tuan kebun dan keluarganya) mempersembahkan persembahan kepada Nai Maromak dan berkomunikasi dengan Nai Maromak saat menanam dan memanen hasil kebun. 

Fatuk troman tersusun dari batu-batu murni yang tidak banyak, boleh jadi tidak banyak berharga secara material, namun aktivitas di atasnya memiliki kaidah atau norma adat yang meningkatkan kesadaran manusia terhadap hakekatnya sebagai homo religiosus. Sebab pada dasarnya budaya selalu berkaitan dengan ritus-ritus dan kepercayaan manusia kepada hal-hal adikodrati. Inilah akar dari penciptaan sebuah kebudayaan di daerah manapun di dunia.

Saat baru mulai menanam, orang tetum Tasifeto melakukan ritual di atas batu altar Troman, memohon agar Tuhan sebagai penguasa tanah, foho no rai melindungi benih, tanaman dan pada akhirnya memberikan hasil-hasil yang limpah, sedangkan pada  waktu panenan perdana dibuat ritual syukur di atas fatuk Troman untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan (Nai Maromak) atas anugerah panen kebun yang limpah. 

Gundukan alter batu troman juga mengidentifikasikan asal-usul manusia tetum, yakni datang dari atas sebuah gunung di Belu. Secara hakiki terdapat beberapa gunung yang merupakan asal-usul orang tetum, misalnya di Fialaran, orang tetum berasal dari gunung Lakaan, orang tetum Lidak berasal dari gunung Lidak, orang tetum Naitimu berasal dari gunung Nanaet. Orang tetum Mandeu berasal dari gunung Mandeu, dll. Akan tetapi gunung-gunung di Tasifeto secara hierarkis mengakui gunung Lakaan sebagai sebagai asal-usul leluhur orang tetum Tasifeto. 

Fenomena materi berupa tumpukan batu berbentuk altar di tengah kebun orang tetum menunjukkan bahwa banyak wujud budaya materi telah menjadi bagian dari kehidupan dari orang tetum sejak zaman dahulu. Materi adalah lambang dari kemuliaan, kemakmuran dan kesejahteraan orang tetum secara pribadi dan kelompok suku. 

Dalam relasi dengan kaum penjelajah atau pendatang, masyarakat tetum kemudian menggunakan benda-benda perhiasan dari emas, perak dan perunggu, tanah pertanian, rumah adat, ksadan dan hewan-hewan piaraan. Wujud-wujud budaya berupa materi-materi itu dianggap ini pada awalnya sebagai media komunikasi yang membantu manusia berelasi dengan Nai Maromak dan hal-hal adikodrati.

Orang-orang tua tetum yang kaya ketika meninggal selalu meninggalkan banyak harta berupa: rumah batu, hewan-hewan, tanah, rumah adat, perhiasan emas dan perak, yang selanjutnya disimpan sebagai kenang-kenangan dan dikeramatkan para anak-cucunya serta tidak boleh dijual. Sakit atau kematian adalah hukuman bagi orang tetum yang telah menjual harta peninggalan leluhurnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline