Lihat ke Halaman Asli

Agung Setiawan

TERVERIFIKASI

Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Prabowo, Mesias, dan Natal

Diperbarui: 15 Januari 2019   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Bisnis.com

Indonesia sudah semakin dekat dalam hajatan pemilu. Walau tidak hanya memilih Presiden Republik Indonesia, namun tampaknya Pilpres paling serius menyita perhatian publik. Bahkan, semakin menuju 17 April 2019, kedua calon presiden berserta barisan pendukungnya tidak lelah melempar banyak isu demi menarik pendukung.

Kalau kita perhatian bersama, Kubu Jokowi maupun Probowo, kandidat Presiden RI, memiliki pendekatan yang berbeda. Beberapa pengamat menyebut, Jokowi konsisten membawa hawa optimisme dalam membangun Indonesia ke depan. Sedangkan Prabowo juga konsisten melemparkan isu-isu bernada pesimis dalam menilai Indonesia saat ini. Namun yang perlu dicatat, walau keduanya memilih jalan berbeda tetapi tujuannya sama. Mereka sama-sama ingin menjadi Presiden RI.

Di sinilah letak olah ramu strategi dalam memenangkan sebuah kompetisi. Tujuannya sama tetapi jalan yang ditempuh berbeda. Sejauh masih dalam koridor hukum sah saja. Tapi yang orang banyak lupa adalah, sah secara hukum tetapi belum tentu memenuhi unsur kelayakan.

Dari kedua calon presiden (capres) ini saya tertarik membahas strategi yang diterapkan Prabowo. Cukup lama saya merenungkan langkah yang diambil capres nomor 02 ini. Cukup menarik untuk diamati, dipahami, lalu membagikannya dalam tulisan ini. Tujuannya, saya berharap tiap kali ada lemparan strategi baik dari Kubu Prabowo maupun Jokowi kita jangan langsung kalut. Tetap tenang, pahami, lalu "ya biasa itu.."

Hal pertama yang saya lakukan adalah mengumpulkan beberapa pernyataan Prabowo sebagai bagian dari strateginya. Saya katakan seperti itu karena dilakukan secara konsisten. Saya mulai dari pernyataan bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030 yang ditanyangkan Gerindra TV dalam channel Youtube pada 22 Maret 2018.

Lalu pada Oktober 2018, Prabowo mengatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia saat ini melebihi neo-liberal dan bodoh. Masih di bulan yang sama ia mengatakan, "Kalian tidak tampang orang kaya. Tampang kalian ya tampang Boyolali ini. Betul?" tanya Prabowo pada 30 Oktober 2018 yang sempat membuat sebagian masyarakat Boyolali tersinggung.

Kemudian dalam satu kesempatan, Prabowo mengklaim kalau dirinya menjadi Presiden maka Indonesia tidak akan melakukan impor. "Saya bersaksi, kalau saya menerima amanat bangsa Indonesia, saya akan membuat Indonesia berdiri di kaki sendiri. Kita tak perlu impor saudara-saudara. Kita harus mampu swasembada pangan. Tidak perlu kirim Rp 3 miliar lebih untuk bayar bahan bakar," katanya pada 4 November 2018.

Masih di bulan yang sama, Prabowo menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia cenderung menjadi tukang ojek setelah lulus SD atau SMA. Tentu ia memiliki alasan tersendiri mengapa melempar pernyataan itu. "Ada meme yang menunjukkan bahwa perjalanan karir pemuda Indonesia setelah lulus sekolah dari SD sampai SMA akan menjadi tukang ojek," katanya pada 21 November 2018.

Isu nasional sudah, ekonomi juga sudah, bahas generasi muda yang katanya menjadi potensi suara yang besar juga sudah, kini Prabowo mengangkat isu lingkungan. "United Nations (UN) memprediksi bahwa air dari Tanjung Priok di 2025 akan sampai di (Hotel) Kempinski, di Grand Hyatt. Air dari Tanjung Priok akan sampai Bundaran HI, permukaan air terus naik lima sentimeter setiap tahun," katanya, 21 November 2018.

Prabowo pun menyebut BUMN kita bangkrut. "Kita lihat BUMN kebanggaan kita, satu-satu hancur, bangkrut, tanya saja Garuda pilot-pilotnya, tanya Pertamina, PLN, tanya pabrik milik negara, elit itu tak perlu kau kagumi. Aku tahu satu-satu, lagaknya saja itu," ujar Prabowo saat bertemu relawan di Roemah Djoeang Jakarta, 6 Januari 2019.

Yang terakhir, Prabowo masih membawa gaya dan konten yang sama saat Pidato Kebangsaan dan Visi Misi Indonesia Menang di JCC Senayan Jakarta, 14 Januari 2019. Kembali ia menyoroti kondisi Indonesia yang menurutnya salah urus. Ia berpendapat, Indonesia sebagai negara besar tidak mampu sampai pada ketahanan pangan karena cadangan beras hanya bertahan 3 minggu. Lalu cadangan bahan bakar hanya bisa bertahan 20 hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline