Mohon tunggu...
Amos Ursia
Amos Ursia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Membunuh Kreativitas

12 Juni 2018   20:01 Diperbarui: 12 Juni 2018   20:16 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Apa YANG menjadi FOkus UTaMA Mu KetiKA MEMbaca SebuAH TuLiSan?

APA engkau meMAKNAi nya? engkau meng KRITIKNYA? ATAU engkau membuat REKonstruksi karya? ATAU engkau hanya MENCARI cari kesalah an penu lisan dan TATA bahasa NYA saja?

PENCAPAIAN tertinggi sebuah pemahaman itu apa? apa hanya mengutak ngatik tata bah asa nya sa ja?  tanpa meMAKNAI pemahaman dalam tulisan ITU?

YA! INTERPRETASI!

interpretasi adalah sebuah mahakarya penulis an. untuk memahami teks, sampai sampai filsuf Derrida harus membuat teori DEKONSTRUKSI! Bahkan hermenutika menjadi kajian penting, karena mahalnya sebuah interpretasi!

PENGAJARAN sastra di sekolah telah membunuh kreativitas dan daya tafsir manusia! Semua teknik memahami dan menafsir TuLisan diatur atur menurut kemauan KURI KULU M. TULISAN hanya dikatakan layak ketika tulisan itu dibongkar bongkar struktur tata bahasa dan teknik penulisan, jika engkau membuat DEKONSTRUKSI sastra dalam kertas ulangan, maka guru GURU MU AKAn memberi nilai di bawah STANDAR.

ketika ujian, kamu diberi SOAL SOAL, DAN kutipan tulisan. BANYAK PERTANYAAN DALAM soal yang meminta engkau men jawab ARTI DAN MAKNA TULISAN ITU

contoh soal nya, apa makna puisi WS Rendra berikut? apa maksud dari metafora berikut? apa arti dari sajak Wiji Thukul tersebut?

LALU ENGKAU MENJAWAB soal menurut interpretasi mu, misalnya engkau memilih opsi B. DAN TERNYATA INTERPRETASI MU SALAH. karena menurut INTERPRETASI GURU MU, jawaban yang bener itu opsi C.

ARTINYA, KREATIVITAS MU DIBUNUH! hak mu sebagai manusia sastra tidak ada. Engkau dianggap salah, padahal INTERPRETASI ADALAH KEBEBASAN HAKIKAT.

LALU karena kreativitas mu dibunuh, maka fokus mu bukan interpretasi, tapi tata bahasa dan hukum bahasa yang klise itu. DALAM MELIHAT TULISAN, makna engkau singkirkan, rekonstruksi engkau buang, dan interpretasi engkau tidak anggap penting. PeNeMpAtAn HuruF KaPiTaL dan pemisahan ka ta a wal menjadi PrioRitas insting mu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun