Saya akan membahas hal penting dalam karya Joko Pinurbo ini. Ada beberapa hal yang menarik.
"mati di kayu salib tanpa celana
dan hanya berbalutkan sobekan jubah
yang berlumuran darah." (Bait satu)
Pemaknaan Joko Pinurbo tentang kematian Yesus ini unik. Ia memakai simbol "celana" sebagai penyebab kesedihan Maria. Mengartikan sebuah cinta yang intim, tulus, dan personal dari Ibu kepada anaknya.
Dalam Lukas 23:24, para prajurit itu "membagi" jubah Yesus, kata "membagi" dalam bahasa Yunani (bahasa asli Injil) berarti Diamerizo, yang artinya merobek atau membelah menjadi berpotong potong . Dalam tradisi berpakaian orang masa itu, pakaian yang digunakan adalah jubah yang berlapis lapis, sehingga ketika jubah Yesus dirobek robek, yang tersisa di badan nya hanya kain lapisan paling dalam yang menutupi kemaluan. Penjahat di sebelah kanan dan kiri nya tidak dirobek robek jubah nya, karena tidak tertulis (Luk 23:24, Mat 27:35, Mrk 15:24). Menurut Wycllife, barang barang Yesus seperti ikat pinggang luar, kasut, jubah lapisan luar, dan ikat kepala telah dirampas semua oleh para prajurit. Tersisa jubah saja untuk diundi. Bahkan penafsir Matthew Henry menafsirkan bahwa Jubah terakhir yang bertenun satu itu dijahit oleh Ibu Maria ketika Yesus kecil, yang masih dipakai sampai Ia disalibkan, sebuah tafsir menurut tradisi menenun kaum ibu orang Yahudi (Yoh 19:23). Betapa hancur hati Maria melihat anaknya ditelanjangi, dirampas, dan dipermalukan seluruh negeri. Dan Celana adalah simbol untuk jubah dan harga diri, Joko Pinurbo menggambarkan penderitaan mental dan harga diri yang sangat menyedihkan bagi Ibu Maria.
Hal penting selanjutnya ada dalam bait kedua
"Maria datang
ke kubur anaknya itu, membawa
celana yang dijahitnya sendiri
dan meminta Yesus mencobanya."