Dalam sebuah komunitas sastra di media sosial, dimuat sajak "Celana Ibu" karya Joko Pinurbo, tepat pada momen paskah. Yang disayangkan, banyak para "komentator sastra" (dalam kolom komentar komunitas itu) yang protes dan seakan menghujat Joko Pinurbo karena "mengguyoni" (atau menista?) Yesus dan celana buatan Ibu Maria. Padahal, karya ini memiliki makna teologis yang sangat dalam!Â
Masalahnya, karya ini sangat jelas merupakan karya sastra, sehingga pembaca seharusnya bisa memaknai karya ini sebagai "karya sastra" bukan sebagai iklan rokok, maksudnya pembaca harus melihat karya ini sesuai konteks penulis dan tidak memaknai menurut kaidah bahasa sehari hari.
------- Interpretasi -------
"Celana Ibu"
Maria sangat sedih
menyaksikan anaknya
mati di kayu salib tanpa celana
dan hanya berbalutkan sobekan jubah
yang berlumuran darah.
Ketika tiga hari kemudian
Yesus bangkit dari mati,